Komunikasi Politik Anas Urbaningrum (1)

Oleh :     Anang Anas Azhar

Salah satu kunci kesuksesan politisi adalah mampu berkomunikasi, baik terhadap kawan maupun lawan. Dalam istilah politik tak selamanya kawan dijadikan kawan yang sejati, sebaliknya lawan pun dapat dijadikan kawan. Kuncinya adalah bagaimana politisi mengatur keseimbangan berkomunikasi antara kawan dan lawan.
Pragmentasi para politisi kita di negeri ini, semakin hari semakin membingungkan rakyat. Satu sisi, para politisi terlihat nyata memperjuangkan aspirasi rakyat, tapi di banyak sisi, justru politisi menjadi biang kerok rusaknya demokrasi bernegara. Apa yang dipertontonkan para politisi kita belakangan ini, tidak lebih seperti drama antara panggung depan dan panggung belakang.
Pragmentasi ini, pernah disebut Erving Goffman sebagai Teori Dramaturgi. Guru besar Toronto University, Canada ini menyebut, kehidupan manusia tak ubahnya seperti sutradara film. Ada yang memainkan peran depan ada yang di belakang. Jika mengaitkan dalam konteks politik, kehidupan para politisi tak ubahnya seperti ungkapan Erving Goffman tersebut. Di mata publik agar terlihat rapi, maka politisi bersikap membela kepentingan rakyat. Tapi, ketika peran belakang kita dalami, ternyata sebagian besar peran politisi hanya ingin memperkaya diri sendiri atau kelompok.
Fakta politik yang kita lihat, sudah berapa banyak para politisi kita yang terjerat suap dan korupsi. Dan sudah berapa banyak pula, mereka harus mendekam di sel tahanan untuk mempertanggungjawabkan dosa-dosanya di dunia. Jumlahnya bisa puluhan, bahkan sampai ratusan, jika kita menghitungnya masuk dengan pejabat dari kepala daerah yang berlatarbelakang politisi dari partai politik.
Di tingkat elit politik, kita dapat menyaksikan kampanye Pemilu 2009. Di sejumlah televisi Partai Demokrat menampilkan iklannya berthema Anti Korupsi. Yang lebih menyakitkan lagi bintang iklan itu adalah Angelia Sondakh, Andi Alfian Mallarangeng, Anas Urbaningrum dan Ibas. Tiga dari empat bintang iklan kampanye Partai Demokrat tahun 2009 itu, kini sudah di sel tahanan mempertanggungjawabkan kesalahannya.
Yang menarik kita telusuri, ketika mereka mengiklan diri dengan thema anti korupsi, semuanya menolak korupsi dan anti korupsi. Lantas mengapa sikap di publik dengan di belakang layar berbeda? Toh, Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng dan Anas Urbaningrum masuk penjara. Perilaku seperti inilah yang saya sebut dengan panggung depan dan panggung belakang. Satu sisi anti untuk korupsi, tapi di sisi lain ingin memperkaya diri. Begitulah praktik-praktik kotor dari para politisi kita, yang terkadang membingungkan rakyat.
Gaya Komunikasi Anas
Sebelum maupun pasca mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), manuver panas Anas Urbaningrum ternyata menyedot perhatian publik di negeri ini. Seluruh media cetak, televisi maupun online menempatkan berita Anas ditahan KPK menjadi “jualan” berita media keesokan harinya.
Terlepas pro kontra Anas, apakah condong kepada proses hukum atau proses politik, yang jelas pengaruh loyalis Anas dalam gaya komunikasi Anas tidak terlalu dominan. Gaya komunikasi Anas sebelum ditahan ataupun sesudah ditahan tidak jauh berbeda. Yang bermanuver justru para loyalis Anas, ada yang menyebut Anas mangkir karena KPK tidak tegas dalam surat panggilannya, bahkan ada juga yang menyebut Anas ada di sekitar Gedung KPK. (BERSAMBUNG)

Close Ads X
Close Ads X