Keteladanan Orang Tua Ditiru Anak

Oleh : Devi Ratu, S.Pd

Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial.

Sebab, seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi, maupun spritual.

Pada dasarnya peniruan itu mempunyai tiga unsur, yaitu: Keinginan atau dorongan untuk meniru, Kesiapan untuk meniru, Tujuan meniru. Sedangkan menurut Abd. Aziz Al-Quusyy, pada dasarnya peniruan itu mempunyai dua unsur. Menurut beliau adanya unsur ketiga sudah pasti jika ada unsur pertama dan kedua.

Karena unsur ketiga merupakan bertemunya unsur pertama dan kedua pada diri anak atau pemuda ada keinginan halus tidak disadari untuk meniru orang yang dikagumi (idola) didalam berbicara, bergaul, tingkah laku, bahkan gaya hidup mereka sehari-hari tanpa disengaja.

Peniruan semacam ini tidak hanya terarah pada tingkah laku yang kurang baik. Seperti contoh: akhir – akhir ini ada kejadian gara-gara ingin kuat dan gagah seperti pegulat idola mereka di ’’Smack Down’’yang disiarkan oleh satu TV swata, banyak anak menjadi korban.

Mulai cidera, patah tulang hingga ada yang meninggal dunia. Oleh karena itu orang tua, pendidik, pengasuh, dituntut selalu membimbing (memberi teladan) bagi anaknya, anak didiknya, bagi orang yang dipimpinnya.

Bagaimana jadinya, jika orang tua, pendidik, pengasuh tidak bisa menjadi panutan bagi anak, anak didiknya, umatnya. Dalam hal ini Alloh berfirman: Artinya: ‘’Dan mereka berkata; ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab yang dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar’’.(Al-Ahzab(33): 67-68)

Meskipun anak berpotensi besar untuk meraih sifat-sifat baik dan menerima dasar-dasar pendidikan yang mulia, ia akan jauh dari kenyataan positif dan terpuji jika dengan kedua matanya ia melihat langsung pendidikan yang tidak bermoral.

Memang yang mudah bagi pendidikan adalah mengajarkan berbagai teori pendidikan kepada anak, sedang yang sulit bagi anak adalah mempraktekan teori tersebut jika orang yang mengajarkan dan mendidiknya tidak pernah melakukannya atau perbuatannya tidak sesuai dengan ucapannya.

Keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang berarti sesuatu atau perbuatan yang patut ditiru atau dicontoh. Dalam bahasa arab diistilahkan dengan ’’uswatun hasanah’’ yang berarti cara hidup yang diridhoi oleh Allah SWT.

Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dan telah dilakukan pula oleh nabi SAW dan telah dilakukan pula oleh nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Jadi yang dimaksud dengan keteladanaan dalam pengertiannya sebagai ’’Uswatun hasanah’’ adalah suatu cara mendidik, membimbing dengan menggunakan contoh yang baik dirihoi Allah SWT sebagaimana yang tercermin dari prilaku Rasulullah dalam bermasyarakat dan bernegara.

Secara psikologi manusia butuh akan teladan (peniruan) yang lahir dari ghorizah (naluri) yang bersemayam dalam jiwa yang disebut juga taqlid.

Yang dimaksud peniruan disini adalah hasrat yang mendorong anak, seseorang untuk prilaku orang dewasa, atau orang yang mempunyai pengaruh. Misalnya dari kecil anaknya belajar berjalan, berbicara, kebiasaan-kebiasaan lainnya. Setelah anak bisa berbicara ia akan berbicara sesuai bahasa dimana lingkungan tersebut berada.

*) Penulis adalah Guru SDIT & Alumni FKIP UMSU

Close Ads X
Close Ads X