Kenali Anak Anda Sedini Mungkin!

Oleh : Nancy Angelia Purba, M.Pd.

Dewasa ini setiap orangtua harus lebih mengenali anak se­dini mungkin. Dengan menge­nali anak diharapkan orangtua pun mam­­­pu mengem­bangkan poten­­si yang dimiliki anak.

Orangtua dan guru harus be­kerjasama dalam mem­per­tahankan sifat-sifat yang men­jadi kecerdasan anak agar ber­tahan lama hingga tumbuh dewasa. Proses pendidikan dilakukan sejak dini supaya dasar-dasar pengetahuan dapat dimiliki anak. Tentunya, setiap orangtua pasti mengharapkan yang terbaik dari anaknya.

Pendidikan yang ber­lang­­sung di sekolah selama ini masih menekankan pada pengem­­bangan kecerdasan intelek­tual yang mementingkan kemam­puan logika matematika dan bahasa.

Di sekolah anak-anak yang dikelompokkkan seba­gai anak cerdas ialah anak-anak yang pandai dalam matematika dan bahasa. Hal tersebut terjadi karena pandangan yang sempit tentang kecerdasan.

Selama beberapa abad orang percaya bahwa kecerdasan in­telektual merupakan satu-satunya kecerdasan yang dapat dikembangkan. Pandangan tentang kecerdasan tersebut sejak beberapa dekade ini telah berubah. Kecerdasan tidak bersifat tunggal melainkan jamak dan harus dikembangkan secara menyeluruh.

Pengembangan kecerdasan anak secara menyeluruh itu seyogianya diupayakan sejak usia dini. Pada usia dini yang merupakan usia keemasan (gol­den age) dalam kehidupan manusia, seorang anak mengala­mi perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai aspek kepribadiannya, secara fisik dan mental.

Pada masa itu anak memiliki banyak kemudahan dalam menerima stimulus yang akan berpengaruh terhadap fungsi otaknya.

Berkaitan dengan perkemba­ngan fungsi otak anak itu, yang banyak pengaruhnya pada tahap pertama adalah orangtua (khususnya ibu) ya­itu melalui kondisi dan peri­laku semenjak anak dalam kan­dungan.

Selanjutnya, pola asuh dan pemberian stimulus yang tepat akan mengacu per­tumbuhan fungsi otak anak. Orangtua mengharapkan agar anaknya dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam hal ini, keluarga meme­gang peranan penting da­lam memberikan dasar dan lan­dasan bagi perkembangan anak kelak.

Namun, dalam hal ini juga masyarakat banyak menginginkan anaknya pintar membaca, menulis, dan berhi­tung sejak dini. Oleh karena itu, mereka mengirimkan anaknya yang masih sangat muda itu ke berbagai kursus dan PAUD.

Hal ini juga dipicu oleh persyaratan untuk masuk SD yang menuntut anak-anak untuk menguasai keterampilan itu. Berkaitan dengan pemberian rangsangan untuk meningkatkan fungsi otak, orangtua memegang peran utama yang sangat penting dianggap sebagai orang yang pertama mendidik anak.

Selain melalui keluarga, ke­lom­pok bermain juga meru­pa­kan alternatif program ban­tuan dalam pengembangan kecerdasan anak. Menurut Kus­miadi (2003:41) kelompok ber­main bertujuan memberikan layanan agar anak dapat me­ngem­bangkan kehidupan bera­gam sedini mungkin se­hing­ga di kemudian hari anak mem­punyai moralitas, budi pekerti yang tinggi, mengenal permainan, mengembangkan kemandirian, kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, emosi, sosialisa­si dan keterampilan jasmani.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Play Group yang baru dibuka, guru be­lum merancang permainan yang cocok secara terencana dan kurang memperhatikan ka­rak­teristik anak sehingga orangtua beranggapan percuma dan tidak perlu masuk PAUD lagi dengan beraneka ragam alasan. Dengan bermain, maka guru dan orangtua tahu sejauh mana kemampuan anaknya.

Pendidikan pada tingkat paling bawah ini akan memberikan dasar yang kuat bagi anak untuk bisa berkembang secara optimal.

Kecerdasan yang dimiliki anak mungkin saja tidak hanya satu tetapi lebih atau sering disebut dengan kecerdasan ganda. Semua kecerdasan itu berbeda-beda, tetapi semua­nya sederajat.

Dalam hal ini, tidak ada kecerdasan yang lebih baik atau lebih penting dari semua kecerdasan yang ada. Semua kecerdasan ter­sebut dapat dieksplorasi, di­tumbuhkembangkan secara optimal.

Adapun kecerdasan ganda menyangkut: kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual/spasial, kecerdasan kines­tetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, ke­cer­dasan intrapersonal, ke­cerdasan naturalis, kecerdasan eksistensial.

Faktor-Faktor yang Mem­pengaruhi Kecerdasan Ganda
Kecerdasan yang dimiliki seseorang dapat berkembang sampai tingkat kemampuan yang disebut mumpuni. Pada tingkat ini, kemampuan seseorang di bidang tertentu, yang berkaitan dengan kecerdasan itu, akan terlihat sangat menonjol.

Menurut Amstrong (1992:21-22) berkembang tidaknya suatu ke­cerdasan bergantung pada tiga faktor yaitu:
1). Faktor biologis, termasuk di dalamnya faktor keturunan atau genetis dan luka atau cedera otak sebelum, selama, dan setelah kelahiran;
2) Sejarah hidup pribadi, termasuk di dalamnya adalah pengalaman-pengalaman (bersosialisasi dan hidup) dengan orangtua, guru, teman sebaya, atau orang lain, tidak yang membangkitkan mau­pun yang menghambat perkembangan kecerdasan;
3). Latar belakang kultural dan historis, termasuk waktu dan tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan serta sifat dan kondisi perkembangan historis atau kultural di tempat yang berbeda.

Dengan berkembangnya kon­sep kecerdasan ganda, maka mau tidak mau guru dan orangtua perlu membantu tum­buh kembang anak dalam ber­bagai rencana, pelaksanaan, dan evaluasi program yang memberi wadah bagi per­kem­bangan semua jenis kecerdasan mereka.

Tugas ini menjadi se­demikian penting mengingat perkembangan dan perwujudan semua jenis kecerdasan ter­sebut esensial bagi anak dalam mengatasi permasalahan-per­masalahan dalam kehidupan. Semoga!

*) Penulis adalah dosen.

Close Ads X
Close Ads X