Kebaya, Busana Nasional yang Tinggal Seremonial

Oleh : Musriyenti
Kain kebaya adalah perangkat pakaian wanita Indonesia yang terdiri dari kain batik (tidak mesti) dan baju kebaya. Untuk melengkapi tata busana tersebut biasanya dikombinasi dengan selendang dan aksesoris serta tatarias yang selaras. Demikian pentingnya unsur variasi tersebut sebagai daya tarik tersendiri sehingga konon zaman dulu selendang Fatmawaty (isteri Soekarno) dan sanggul Kartini (pejuang emansipasi) amat terkenal.

Tidak ada yang tidak tahu ihwal tata laksana busana kebaya ini. Kita juga setuju kain kebaya ditetapkan sebagai busana nasional wanita Indonesia. Karakter psikiologis yang dimiliki kain kebaya melambangkan sifat keramahtamahan, kelembutan dan kesabaran wanita Indonesia yang kesemuanya itu manifestasi dari rasa penghargaan menjunjung tinggi martabat dan kepribadian wanita Indonesia.

Betapa tidak, wanita yang mengenakan kebaya membuat pria iseng lebih berhati-hati ketimbang terhadap wanita yang memakai rok mini dan busana umum lainnya. Perlakuan tidak senonoh umumnya sering terjadi pada wanita dengan busana Barat itu. Sementara pada para wanita dengan pakaian kebaya jarang mengalami pelecehan yang dicemaskan.

Melihat kenyataan itu, posisi pandang masyarakat Indonesia terhadap kebaya sebenarnya masih merupakan penghormatan dan pengagungan. Penghormatan dan pengagungan itu menjelma menjadikan kain kebaya masa kini dipakai hanya untuk saat-saat penting saja. Khususnya pada upacara-upacara seremonial seperti peringatan Hari Kartini, pesta keluarga atau perhelatan resmi.

Hal ini memperlihatkan kain kebaya dipakai hanya sekadar agar sang tradisi tidak terlalu “murka”. Atau kain kebaya dipakai hanya semata-mata untuk memenuhi status tertentu pada level tertentu saja: supaya dilihat lebih sopan dan dianggap wanita Indonesia.

Sayang
Sangat disayangkan beberapa organisasi wanita Indonesia seperti Dharma Wanita dan sebagainya masih memiliki seragam yang bukan kebaya. Saatnya organisasi-organisasi wanita baik milik pemerintah atau swasta kini tampil untuk memikirkan pemasyarakatan kembali kebaya.

Jangan lupa
Kepada masyarakat konsumen mode hendaknya jangan melupakan aspek kepribadian dalam berbusana. Daya tarik pada wanita tentu saja tidak hanya terletak pada tatabusananya yang seksi. Ada yang lebih agung dari itu yakni kepribadian wanita Indonesia yang lembut menjaga sopan santun untuk melindungi harkat kewanitaannya yang terkenal tinggi.

Kita sadari hal ini tidak mudah. Tidak mudah karena memilih busana masalah selera. Masalah selera ini selain tidak diatur secara tertulis dan dipahami secara tidak tertulis, barang kali erat sangkut pautnya dengan masalah azasi dan kebebasan seseorang.

Akan tetapi kalau terlalu banyak membicarakan azasi kita khawatir kebaya sekali waktu akan terpasung oleh kebebasan cara berbusana adopsi yang menghilangkan kepribadian dan tidak sesuai dengan budaya kita.
*) Penulis ibu rumahtangga, peminat masalah sosia dan budaya.

Close Ads X
Close Ads X