Kala Internis Dunia Berkiblat ke Indonesia

Oleh : Roy Rosa Bachtia
Sekitar 2.500 dokter spesialis penyakit dalam (internis) dari seluruh dunia telah berkumpul di Nusa Dua, Bali, untuk menghadiri sebuah kongres internasional. Dalam agenda bertajuk “33rd World Congress of Internal Medicine (WCIM)” itu, para internis dari 63 negara akan berkumpul untuk melakukan pembahasan demi memajukan salah satu spesialisasi di dunia kedokteran itu.

Untuk WCIM kali ini, Indonesia berhasil terpilih menjadi tuan rumah penyelenggara setelah melalui berbagai usaha dan kegagalan pada beberapa tahun lalu. Ketua Panitia 33rd WCIM dr Aru W Sudoyo mengatakan upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah sudah berlangsung sejak WCIM 2008 di Argentina.

Namun pada saat itu Indonesia dikalahkan oleh Korea Selatan untuk menjadi tuan rumah WCIM tahun 2014, ujarnya menjelaskan. Akhirnya, pada WCIM 2010 di Australia, Indonesia mendapat kesempatan untuk menyelenggarakan WCIM ke-33 di tahun ini.

Penyelenggaraan kongres internasional itu, dilakukan oleh wadah internis nasional atau Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Lebih lanjut Aru menjelaskan, diterimanya Indonesia sebagai tuan rumah menjadi sebuah kebanggaan bagi PAPDI dan bangsa ini.

Bagaimana tidak, keputusan International Society of Internal Medicine (ISIM) atau wadah internis internasional memilih Indonesia bukan tanpa alasan. Aru menceritakan, selain mempertimbangkan isu penyakit dalam yang tengah berkembang di kalangan internasional, pemilihan tersebut juga dipengaruhi adanya permasalahan struktural dalam spesialisasi kedokteran di seluruh dunia.

Saat ini, berkembangnya ilmu penyakit dalam memunculkan beragam sub-spesialisasi baru dalam bidang tersebut, sehingga banyak Internis yang justru melupakan ilmu penyakit dalam umum.
Dia mengungkapkan, ilmu penyakit dalam umum sejatinya menjadi dasar dari pemeriksaan dan penanganan pasien sebelum merujuk pada sub-spesialisasi tingkat lanjut. Dengan adanya perkembangan ini, justru disayangkan karena akhirnya ilmu dasar dari penyakit dalam kian ditinggalkan, ujarnya.

Namun demikian, Indonesia justru menjadi negara yang mendapat penilaian dari kalangan internis internasional sebagai negara yang masih memiliki “pondasi” cukup kuat dalam ilmu penyakit dalam umum.

Hingga saat ini dokter yang memiliki spesialisasi penyakit dalam umum di Indonesia justru mendominasi, berbeda dengan negara-negara maju yang lebih banyak didominasi dokter sub-spesialis penyakit dalam.

Aru mencontohkan, pemerintah Amerika saat ini mengalami kendala dalam pembiayaan riset dan operasional di bidang penyakit dalam karena banyaknya sub-spesialis yang muncul di negara adidaya itu.

Hal serupa juga terjadi di Australia dan sejumlah negara-negara maju di Asia dan kawasan Eropa, sehingga Indonesia akan dijadikan “kiblat” untuk mempelajari bagaimana ilmu penyakit dalam umum bisa bertahan di sini, ujarnya.

Oleh sebab itu, inti dari kongres tahun ini ialah para internis akan berupaya mencari sebuah definisi baru dari penyakit dalam yang berubah akibat tantangan zaman, dan karena ilmu penyakit dalam umum yang “dikotak-kotakan” justru semakin sulit dan mahal.

Tukar Pengalaman Selain mencari definisi baru penyakit dalam umum dengan bercermin ke Indonesia, acara tersebut juga menawarkan kesempatan bertukar pengalaman bagi para internis yang hadir.

Ketua Organizing Comittee 33rd WCIM dr Ari Fahrial Syam menceritakan para internis yang hadir bisa bertukar pengalaman dengan peserta atau bisa belajar dari pengalaman para ahli yang hadir di acara yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada 22-25 Agustus 2016 itu.

Acara ini akan menjadi kesempatan bagi dokter-dokter penyakit dalam di Indonesia untuk mengembangkan ilmunya dengan bertemu para ahli dari seluruh dunia, tuturnya. Dia mengatakan, kapan lagi bisa bertemu ahli internis dari seluruh dunia tanpa harus ke luar negeri dengan biaya yang mahal.

Lebih lanjut, dalam kesempatan tersebut para internis Indonesia juga akan membuktikan ke komunitas internasional bahwa Indonesia juga berkompeten dalam ilmu penyakit dalam, katanya.
Panitia mengundang hampir 200 ahli dari berbagai sub-bidang penyakit dalam yang berasal dari 21 negara, juga telah menerima sebanyak 700 makalah yang dipresentasiian dalam agenda tersebut. Termasuk sejumlah pakar penyakit dalam dari Indonesia pun akan tampil untuk memberikan pengajaran maupun hasil penelitian mereka kepada para peserta.

dr. Aru menambahkan, dalam WCIM tersebut memang tidak ditekankan untuk mencari rekomendasi atau pernyataan bersama karena lebih difokuskan untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penyakit dalam. Dengan ini juga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi internis di Indonesia untuk melayani masyarakat, tutur Aru menambahkan.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X