Jokowi-Ma’ruf Berpeluang Gaet Pemilih Kalangan NU

Pembina Cakra 19 Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan (keenam kiri) bersama Ketua Cakra 19 Andi Widjajanto (ketujuh kiri) dan Sekjen Cakra 19 Letjen TNI Purnawirawan Eko Wiratmoko (keempat kanan) berjabat tangan bersama relawan dan pendukung Cakra 19 saat mendeklarasikan Dukungan Capres-Cawapres Pasangan Jokowi dan Ma’aruf Amin di Jakarta, Minggu (12/8). Dukungan tersebut untuk mengusung kembali Jokowi dan pasangannya Ma’ruf Amin sebagai presiden serta wakil presiden periode 2019-2024. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/18.

Jakarta | Jurnal Asia

Pasangan dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019 Joko Widodo dan Kiai Ma’ruf Amien (Jokowi-Ma’ruf) menjadi pasangan kombinasi nasionalis-religius.

CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali mengatakan, pasangan Jokowi-Ma’ruf berpeluang mengambil suara kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

“Maka sebetulnya kalau kami bisa lihat suara NU akan lebih utuh ke Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf,” kata Hasan saat dihubungi, Minggu (12/8).

Dia menjelaskan, di antara pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno (Prabowo-Sandi) tidak memiliki hubungan dengan kelompok NU. Sehingga kemungkinan sebagian besar pemilih dari NU akan memberikan suara ke Jokowi-Ma’ruf.

Hal ini pula yang membedakan pada pilpres sebelumnya. Seperti yang diketahui pada pilpres 2004 diwarnai dengan kandidat dari kalangan NU.

Pasangan Hamzah Haz (mantan wakil presiden RI) dan Agum Gumelar (Ketua Umum PSSI), cawapres Solahuddin Wahid (Gus Solah) yang mendampingi Wiranto, serta cawapres Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU) yang berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri.

Namun, pilpres 2004 dimenangkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla (SBY-JK). “Ya kalau dulu Mega-Hasyim kan lawannya adalah Pak SBY dan Pak JK. Nah dimana di situ Pak JK ada simbolnya dengan NU,” tutur Hasan.

Begitu pula yang terjadi pada Pilpres 2014, Hasan mengatakan, suara pemilih dari NU terpecah antara pasangan Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta Rajasa. Sebab, pada saat itu Said Aqil Siradj (Ketua umum Pengurus Besar NU) memberikan dukungannya kepada Prabowo. Sedangkan para kiai senior di NU termasuk Khofifah Indar Parawansa memberikan suara kepada Jokowi.

Sementara, Hasan menyebut pemilih di luar kalangan NU juga akan terpecah. Akan tetapi, agama tidak menjadi faktor satu-satunya alasan memilih presiden dan wakil presiden.

“Misalnya soal program, terus kemudian juga soal kebijakan yang akan digulirkan oleh para kandidat,” tuturnya.

Hasan juga menambahkan, berdasarkan survei yang telah dilakukan, ada dua kombinasi capres-cawapres yang diinginkan masyarakat. “Ada dua yang diinginkan oleh publik yaitu sipil-militer dan kombinasi nasionalis-Islam,” ujarnya. (rep/rol)

Close Ads X
Close Ads X