Jokowi Capres Pilihan Rakyat

Oleh : Anang Anas Azhar
Belum resmi maju sebagai calon presiden, Joko Widodo (Jokowi), ternyata mendapat simpati di hati rakyat. Sejumlah survei kreadible, memberik isyarat kepada mantan Wali Kota Surakarta itu untuk maju sebagai calon presiden menggantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Survei yang dilakukan beberapa lembaga itu, tak segan-segan menempatkan Gubernur DKI Jakarta ini berada di puncak survei. Posisinya selaku paling atas dari sisi elektabilitas sebagai calon presiden. Bahkan tak jarang juga, lawan-lawan politik Jokowi yang ingin bertarung pada Pilpres 2014 ini kebakaran jenggot. Black campaign terhadap Jokowi pun muncul, tetapi elektabilitas Jokowi terus meroket mengalahkan pesaingnya untuk tampil dalam Pilpres 2014.
Kendati menampati elektabilitas dengan urutan pertama dalam survei calon presiden pilihan publik, Jokowi masih saja enggan menanggapi hasil survei itu. Bahkan, Jokowi mengelak menjawab pertanyaan sejumlah wartawan soal peluangnya menjadi calon presiden pada Pemilu Presiden 2014. Jokowi menegaskan, dirinya belum terpikir menjadi calon presiden. Yang menggelitik publik malah, Jokowi masih mau konsentrasi mengurusi hujan deras di Jakarta. Pasalnya, saat hujan deras kota Jakarta mengalami banjir di mana-mana.
Pernyataannya, apakah jawaban Jokowi itu memberikan dampak terhadap elektabilitasnya sebagai calon presiden? Dan Jokowi mampu mengalahkan elekta bilitas lainnya, seperti Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Wiranto, Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla. Pergerakan kenaikan Jokowi sebagai calon presiden yang diunggulkan terus menerus menjadi perhatian publik. Yang menarik justru, ketika public menginginkan Jokowi maju sebagai calon presiden, PDI Perjuangan sebagai warna dasar Jokowi belum memberikan sikap apapun terhadap pencalonan Jokowi.
Mengutip data Kompas (/23/12/2013), kenaikan elektabilitas Jokowi menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Survei yang dilakukan secara berkala itu, menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi terus meroket dari 17,7 persen (Desember 2012), 32,5 persen (Juni 2013), hingga terakhir 43,5 persen (Desember 2013). Elektabilitas Jokowi jauh meninggalkan kompetisi calon presiden dari sejumlah partai politik.
Jatuh Cinta
Kendati belum menetapkan pilihan, rupanya Jokowi di mata publik sedang disukai rakyat. Perilakunya dalam menjalankan kerja di pemerintahan, selain mendapatkan simpati, mayoritas rakyat kita sedang “jatuh cinta” kepada Jokowi. Rakyat ternyata rindu dengan model kepemimpinan yang ada pada Jokowi.
Kerinduan model kepemimpinan seperti Jokowi ini, ternyata tanpa disadari menginspirasi seluruh rakyat Indonesia, apakah di pedesaaan atau di perkotaan. Dari sekian banyak pemimpin publik saat ini, nama Jokowi makin populer, sebagai pemimpin harapan publik, segar, dan tidak memiliki dosa politik besar dibandingkan sejumlah kandidat lain yang cenderung itu ke itu saja.
Melihat tampilan dan jatuh cintanya rakyat kepada Jokowi, meminjam isktilah teori psikologi, kini rakyat kita sedang ‘kasmaran’ dengan Jokowi. Semua serangan terhadapnya tidak akan mempan, bahkan publik akan semakin menyayanginya. Ini membuat elektabilitas Jokowi tidak tertahankan, terutama ketika dibandingkan dengan tokoh-tokoh lama yang pamornya meredup.
Elektabilitas Jokowi kian menonjol ketika disandingkan dengan tokoh-tokoh lama yang didaur ulang. Terlebih lagi, tokoh-tokoh itu muncul sebagai kandidat capres lantaran permainan elite partai politik, bukan hasil sokongan publik. Tokoh-tokoh lama itu semakin kehilangan narasi untuk terus hadir sebagai kandidat pucuk pimpinan nasional.
Ketika sejumlah survei menunjukkan temuan sama, yaitu elektabilitas Jokowi tinggi, itu merupakan fakta ilmiah bahwa rakyat memang menginginkan sosok itu menjadi presiden. Ini semestinya membuka mata partai politik dan elite politik tak bisa lagi berpura-pura tidak tahu, menyangkal, atau menghibur diri dengan ilusi kebesaran diri sendiri. Partai politik semestinya berpikir ulang apakah tetap mengajukan nama-nama itu atau membuat terobosan.
Yang menarik kita telusuri adalah, kasmaran Jokowi ini tidak saja di internal PDI Perjuangan atau rakyat menengah ke bawah, tetapi justru elit partai politik lain juga melirik Jokowi sebagai pemimpin masa depan Indonesia. Citra yang dikemas pada Jokowi condong ala kampungan, tapi merakyat dan penuh makna. Kalau fenomena ini berlanjut sampai pemilu presiden dan dia kebagian untuk dicalonkan jadi presiden oleh PDI-P atau gabungan partai, maka bisa diprediksi sulit bagi capres dari partai lain menandinginya. Termasuk juga capres unggulan Partai Golkar, PAN, PKB atau Partai Demokrat.
Fakta yang terjadi hari ini, ternyata elektabilitas Jokowi memperlihatkan, bahwa rakyat menghendaki pemimpin baru. Elektabilitas Jokowi hanya bisa terganggu, jika muncul kandidat baru atau alternatif yang kredibilitas dan integritasnya minimal setara dengan Jokowi.
Penutup
Fenomena politik Jokowi seperti the rising star yang tak pernah pudar. Kinerja Jokowi bersinar karena rakyat, ia bukanlah sosok karbitan yang dipoles sedemikian rupa untuk menarik simpati rakyat. Jokowi bukan juga seseorang politisi kutu loncat yang mengemis ke sana kemari untuk diusung berbagai kekuatan politik demi kepentingan ambisi kekuasaan. Tapi, Jokowi adalah pemimpin yang tulus mengabdi untuk kepentingan rakyat tanpa pamrih.
** Penulis adalah dosen Fisipol UMSU dan sedang menyelesaikan studi doktor (S3) Program Komunikasi Islam di Pascasarjana IAIN Sumut

Close Ads X
Close Ads X