Indonesia Akan Bicara Intifada di Iran

Oleh : Bambang Purwanto

Upaya rakyat Palestina belum berakhir dalam memperjuangkan kebebasan mereka dari pen­dudukan Israel sejak 1948 saat bangsa penjajah tersebut me­ngumumkan berdirinya negara itu di tanah suci Umat Islam tersebut.

Gerakan perlawanan rakyat Palestina melawan penjajah Israel yang terkenal dengan sebutan intifada pun belum membuahkan hasil. Gerakan intifada pertama dimulai pada 1987 dan berakhir pada Setember 1993, dan ge­rakan intifada yang kedua atau yang disebut intifada Al-Aqsa berlangsung dari tahun 2000 hingga 2005.

Lebih dari 5.000 orang Palestina gugur dalam perjuangan merebut kemerdekaan itu dan 1.400 orang Israel tewas dalam peristiwa yang sama tersebut.

Dalam usaha mewujudkan cita-cita bangsa Palestina untuk merdeka dan mendirikan negara Palestina, berbagai kegiatan telah diselenggarakan tak hanya oleh Palestina tapi juga oleh beberapa negara lain seperti Iran yang akan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional ke-6 Dalam Men­dukung Gerakan Intifada Palestina di Teheran pada 21-22 Februari 2017.

Atas dasar undang-undang Iran tentang dukungan bagi rak­yat Palestina, Parlemen negara tersebut telah menyelenggarakan konferensi internasional dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina selama lima kali.

Konferensi pertama dilak­sanakan pada 19-22 Oktober 1991 yang disusul dengan konferensi yang ke-2 pada 24-25 April 2001, yang ke-3 pada 14-15 April, 2005, ke-4 pada 4-5 Maret, 2009 dan ke-5 pada 1-2 Oktober 2011.

Parlemen Iran me­nye­leng­garakan semua konferensi tersebut di Teheran yang dihadiri oleh anggota parlemen, tokoh politik, budayawan dan ahli di bidang ilmu pengetahuan dari berbagai negara di dunia.

Seorang Pejabat Diplomasi Publik di Kedutaan Besar Iran di Jakarta, Ali Pahlevani Rad mengatakan baru-baru ini bahwa konferensi yang digelar oleh Parlemen Iran tersebut akan dihadiri oleh beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Indonesia.

Salah seorang anggota Par­lemen Indonesia diharapkan men­­jadi pembicara di konferensi ter­sebut yang juga akan dihadiri oleh perwakilan dari salah satu partai politik di Palestina, Hamas.

Menurut Kantor Berita Iran, IRNA, konferensi tersebut akan dihadiri oleh 80 delegasi asing dari berbagai negara di dunia, 700 tamu asing dan perwakilan organisasi pro-Palestina juga akan berpartisipasi dalam kegiatan itu yang diawali dengan pesan dari pemimpin tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Seyed Ali Khamenei.

Ali Pahlevani menjelaskan, dalam rangkaian kunjungan ke Iran tersebut, anggota DPR dan DPD Indonesia juga dijadwalkan bertemu dengan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Iran, Ali Larijani.

Pada kesempatan kunjungan ke negeri para Ayatollah itu, ketua DPD Indonesia, H Mohammad Saleh juga akan memberi kuliah umum tentang Islam dan de­mokrasi di Universitas Teheran sebelum melakukan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Wisma Indonesia Kedutaan Besar Indonesia di Teheran, dan menghadiri Forum Silaturrahim Pelajar Indonesia di Universitas Teheran.

Peran Indonesia di antara negara-negara yang mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka adalah Indonesia yang atas dasar amanat Undang-un­dang Dasar 1945 telah me­nye­lenggarakan berbagai kegiatan seperti Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, pada 19-24 April 2015.

Pada peringatan ke-60 Kon­ferensi Asia-Afrika tersebut, tiga dokumen utama telah dihasilkan yang satu di antaranya adalah Deklarasi Palestina.

Dalam sambutannya pada buku berjudul Indonesia’s Solidarity with Palestine (Solidaritas Indonesia Kepada Palestina), Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, me­ngatakan Pemerintah Indonesia secara konstitusi diamanatkan untuk memberi sumbangsih dalam menciptakan tata dunia atas dasar kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Mukadimah UUD 1945 me­nyebutkan, “Bahwa se­sung­guhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Atas dasar amanat Undang-undang Dasar tersebut maka Indonesia telah menjalin hubungan yang kuat dengan Palestina dan bertahun-tahun telah bekerja bersama untuk membangun ne­gara Palestina.

Indonesia juga telah secara konsisten mendukung perjuangan rakyat Palestina dalam menghadapi pendudukan Israel atas tanah air mereka di forum-forum multilateral seperti di Perserikatan Bangsa Bangsa, Organisasi Kerja Sama Islam, dan Gerakan Non-Blok.

Pada 2016, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa OKI tentang Palestina dan Al-Quds Al-Syarif. Pada kesempatan ter­sebut Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa perjuangan rakyat Palestina untuk merebut kemerdekaannya dari penjajah Israel adalah perjuangan seluruh Umat Islam sedunia.

KTT tersebut menyetujui do­kumen penting yakni Resolusi dan Deklarasi Jakarta. Dokumen Resolusi tersebut menjelaskan kembali posisi prinsip dan ko­mitmen OKI untuk Palestina dan Al-Quds Al-Syarif.

Sementara itu, Deklarasi Jakarta merupakan inisiatif Indonesia yang memuat rencana aksi nyata para pemimpin OKI untuk penyelesaian isu Palestina dan Al-Quds Al-Syarif.

Menurut Joko Widodo, sejumlah langkah nyata bagi Palestina antara lain penguatan dukungan politis untuk menghidupkan kembali proses perdamaian, peninjauan kembali empat pihak dengan kemungkinan penambahan ang­gotanya, penguatan penekanan terhadap Israel yang meliputi pemboikotan produk-produk Israel yang dihasilkan di wilayah pen­dudukan.

Presiden juga menyeru Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk memberikan per­lindungan kepada rakyat Palestina dan menetapkan batas waktu bagi Isreal untuk mengakhiri penjajahannya atas tanah suci Kaum Muslimin tersebut.

Selain pemerintah Indonesia, dua kantor berita besar di In­donesia yaitu Lembaga Kantor Berita Antara dan Miraj News Agency (MINA) pada 25-26 Mei 2016 di Jakarta menyelenggarakan Konferensi Internasional Media Islam yang bertema Media Is­lam Bersatu Untuk Melindungi Islam dan Kepentingan Kaum Muslimin khususnya Palestina dan Pembebasan Al-Quds.

Saat membuka kegiatan ter­sebut, Wakil Menteri Luar Negeri Indonsia, AM Fachir mengatakan media mengambil peranan yang sangat kuat dalam menyampaikan persoalan Palestina yang terjadi saat ini.

Acara tersebut dihadiri oleh beberapa duta besar negara Islam, seperti Iran, Kuwait, Libya, Malaysia, Tunisia dan konselor Kedubes Palestina serta Staf Khusus Informasi Kedubes Amerika Serikat. Para tokoh agama, per­wakilan media dan organisasi non-pemerintah dari 13 negara juga berpatisipasi dalam kegiatan tersebut.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X