Harta Sesungguhnya

Oleh : Pdt. D.M. Peter Lim, S.Ag, MBA, M.Sc

“Semua makhluk adalah pemilik kamma – nya sendiri, pewaris kamma – nya, kamma – nya adalah kandungan yang melahirkannya, dengan kamma – nya dia berhubungan, kamma – nya adalah pelindungnya. Apapun kamma – nya, baik atau buruk, mereka akan mewarisinya” Majjhima Nikaya III: 135.

Kita datang (lahir) sendirian, selanjutnya…makan dan minum serta pergi (meninggal dunia) juga sendirian. Ketika masih hidup, kita butuh materi duniawi untuk memenuhi kebutuhan hidup, yang sifatnya tidaklah kekal dan juga tidak ada garansinya bahwa itu pasti akan menimbulkan kebahagiaan.

Tetapi, mengapa kita begitu melekat dengannya ??? Karena kebodohan !!! Adakalanya, segala cara dihalalkan untuk meraihnya. Ketika kita pergi (meninggal dunia), tidak ada satupun benda-benda duniawi ini, akan bisa di bawa pergi, walaupun secara hukum, itu dibenarkan dan hak kita.

Yang pasti dan akan bisa di bawa pergi, hanya satu yaitu amal ibadah (kebajikan) yang telah diperbuat. Inilah harga sesungguhnya, yang merupakan satu-satunya milik kita, yang bisa di bawa serta dan tidak bisa diambil oleh siapapun juga.

“Hasil dari suatu kamma ada tiga macam. Apa yang tiga itu ? Yang berbuah pada kehidupan sekarang, yang berbuah pada kehidupan berikut, dan yang berbuah pada kehidupan-kehidupan yang selanjutnya” Anguttara Nikaya III : 414.

Ada 7 jenis kebajikan yang merupakan harta sesungguhnya yang bisa kita kembangkan dalam kehidupan ini agar kita senantiasa bahagia dan sukses, baik di kehidupan ini maupun mendatang.

Pertama, saddha (keyakinan) diri yang kokoh yang tergoyahkan. Kita harus yakin bahwa apapun kondisi/keadaan yang dialami, adalah murni hasil atau akibat dari perbuatan diri kita sendiri.

Jika perbuatan kita senantiasa dipenuhi dengan kebajikan, digaransi hidup kita akan senantiasa bahagia dan sukses. Sebaliknya, jika kejahatan yang lebih dominian diperbuat, maka penderitaan akan selalu berada di sisi kita.

“Apabila seorang dungu berkata bahwa neraka ada dibawah laut, maka mereka sebenarnya berkata palsu tidak berdasar. Istilah “neraka” adalah menunjukkan perasaan – perasaan yang menyakitkan”. Samyutta Nikaya IV: 206.

Jadi, yang menyebabkan hidup kita bahagia atau menderita, 100% adalah diri kita sendiri.

Kedua, sila (moralitas) yang terjaga dan terbina dengan baik. Sebagai umat Buddha, ada 5 (tidak membunuh, mencuri, berzinah, berbohong dan bermabukan) rambu-rambu kehidupan yang bisa kita jadikan pedoman agar terbebas dari derita dan senantiasa bahagia.

“Kehidupan suci bukanlah demi keberuntungan karena mendapat kekayaan, kehormatan dan kemasyuran, dan kehidupan bermoral; bukan pula demi keberuntungan yang dikarenakan dapat memusatkan pikiran, pula bukan untuk keberuntungan yang dikarenakan oleh pengetahuan dan kewaskitaan. Tapi adalah sesuatu “kebebasan batin yang tak tergoyahkan” itulah yang menjadi tujuan dari kehidupan yang suci, itulah sasarannya, itulah titik puncaknya”. Majjhima Nikaya I: 197.

Ketiga, hiri (malu berbuat jahat) karena memiliki harga diri dan kehidupan ini selalu diisi dengan kebajikan-kebajikan. “Yang mana lebih banyak pasir diujung kuku saya, atau pasir seluruh bumi ?”

“Guru, jauh lebih banyak pasir di bumi ini. Sangat sedikit pasir di ujung kuku Guru. Satu sama lain tidak dapat dibandingkan.” “Demikian pula, makhluk yang dilahirkan sebagai manusia adalah sangat sedikit. Jauh lebih banyak yang terlahir dalam alam-alam lainnya. Oleh karenanya engkau hendaknya melatih dirimu, dengan senantiasa berpikir: “Kita akan hidup sebaik mungkin”. Samyutta Nikaya II: 262.

Keempat, ottappa (takut akan akibat dari perbuatan jahat). Apapun yang diperbuat, akan kembali kepada si pembuat. Jika berbuat baik, pasti kebahagiaan buahnya. Kejahatan yang ditabur, penderitaanlah yang akan dirasakan.

Kelima, bahusacca (mau belajar) yang bermanfaat agar tidak bisa diprovokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Ke-enam, caga (kemurahan hati) yang bisa iba atau prihatin melihat kesusahan atau penderitaan orang lain. Setelah itu, tanpa diminta atau disuruh, langsung memberikan bantuan.

Ketujuh, panna (kebijaksanaan) yang selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat (baik) dan tidak akan pernah mau melakukan perbuatan tercela walaupun disakiti.

Inilah 7 kebajikan yang bisa dijadikan sebagai harta sesungguhnya untuk mengarungi lautan kehidupan ini. Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu – sabbe satta bhavantu sukhitata : semoga semua makhluk terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantisa berbahagia, sadhu 3x…

Close Ads X
Close Ads X