Eksistensi Perpustakaan Bagi Masa Depan Literasi

Kita tahu, era digital dalam perkembangannya tak serta merta memberi pengaruh positif. Meski kini segala sesuatu menjadi begitu mudah diakses, dampak negatif dari segala kemudahan tersebut tak bisa dihindari begitu saja.Contoh nyata dapat ditemukan pada peningkatan minat membaca ataupun menulis di kehidupan masyarakat. Dengan segala kemudahan akses nyatanya minat tersebut masih saja rendah.

Dunia literasi erat kaitannya dengan aktivitas membaca dan menulis. Keduanya pun berkaitan pula dengan buku. Sejak dulu hingga kini perpustakaan masih menjadi tujuan utama bila harus mencari buku.

Meski toko-toko buku menjamur hampir di semua tempat, mayoritas masyarakat hanya mengenal perpustakaan sebagai gudangnya beragam jenis buku yang dapat dimanfaatkan dan di baca secara cuma-cuma.

Sayangnya meski perpustakaan menyediakan buku yang dapat dibaca secara cuma-cuma, orang-orang cenderung lebih memilih bermain dengan gawai dari pada buku. Apalagi dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, beragam jenis media sosial pun semakin mantap bermunculan. Media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, dan lainnya seperti membuat aktivitas membaca kian menjemukan.

Disadari atau tidak meski dulunya perpustakaan merupakan tempat yang begitu populer bagi para pecinta buku namun kini eksistensinya dirasa kian meredup. Para pelajar maupun mahasiswa yang biasa rutin mengunjungi perpustakaan untuk mencari bahan maupun referensi dalam mengerjakan tugas jumlahnya semakin berkurang. Mereka menghilang dan penyebabnya tentu salah satunya adalah kemudahan akses yang ditawarkan oleh canggihnya teknologi tadi.

Kita tahu, perkembangan teknologi memang begitu maju dan pustakawan yang biasanya rutin berkunjung cenderung memilih internet sebagai alternatif yang lebih mudah dan praktis. Yang paling terkenal tentu Google, gudang segala referensi yang menyediakan beragam informasi.

Google yang menyadari jika dirinya digemari lantas tak tinggal diam. Perusahaan kepunyaan Larry Page dan Sergey Brin itu seperti tak pernah berhenti berinovasi. Peningkatan-peningkatan terus dilakukan demi menjaga eksistensinya.

Berbanding terbalik dengan mayoritas perpustakaan kita. Sangat disayangkan sebab baik itu kondisi buku, pengadaan buku baru, sistem inventarisasi maupun sistem peminjaman yang berlaku masih itu-itu saja. Tak ada perubahan maupun peningkatan signifikan. Bagaimana mau tertarik membaca bila buku yang dicari sulit ditemukan karena berantakan akibat sistem yang tak mumpuni.

Meski kedisiplinan pustakawan juga perlu diperhatikan, akan lebih baik bila teknologi yang canggih juga turut disertakan. Perpustakaan harus menjadi tempat yang memudahkan siapa saja dalam mengakses beragam informasi dengan nyaman. Bila internet menawarkan penyajian informasi yang cepat, perpustakaan harus lebih unggul dengan menawarkan tak hanya kecepatan namun juga kenyamanan.

Tingkatkan Layanan Digital

Era digital harus menjadikan seluruh kalangan khususnya generasi muda untuk terus memacu semangat dan berprestasi. Tersedianya layanan digital di perpustakaan merupakan salah satu wujud penerapan perpustakaan berbasis teknologi. Pustakawan yang sering mengakses jurnal maupun esai akan sangat terbantu apabila perpustakaan mampu menyediakan layanan ini dengan baik.

Saat ini internet adalah “bintang” dan orang-orang sudah tidak asing lagi dalam menggunakannya dikehidupan sehari-hari. Untuk itu mau tidak mau perpustakaan pun harus dapat memberikan layanan melalui media ini.

Begitu pun dengan para pecinta buku, sudah tak zamannya lagi untuk kesal mencari-cari buku dalam jajaran rak perpustakaan yang berantakan.

Harusnya para pembaca tak perlu repot-repot karena semua bisa saja ada dalam genggaman layar smartphone sehingga waktu yang digunakan lebih efisien. Cukup dengan beberapa kali klik, sebuah buku dapat dibaca dimana pun dan kapanpun, bahkan juga bila diiinginkan, bisa dibeli dengan mudah.
Penulis adalah alumni FISIP UMSU

Close Ads X
Close Ads X