Darurat Narkoba

Genderang perang terhadap narkoba mungkin bikin “pekak” telinga. Karena bukan cuma setiap hari digaungkan, melainkan setiap saat, detik, menit dan jam kerap terdengar. Sayangnya pelaku narkoba bukannya takut, bahkan makin berani. Ultimatum negara untuk menjatuhkan vonis mati dan tembak mati, tak membuat ciut nyali mereka. Seperti kejadian di Medan, kemarin. Dua anggota polisi sekarat, pasca dikeroyok kelompok bandar narkoba. Seorang diantara mereka terkena tembakan, sedangkan lainnya dalam perawatan intensif.

Narkoba bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat era ini. Benda haram ini begitu ‘populer’ dipasarkan dan dipakai secara bebas di negri ini. Sungguh merupakan hal yang memprihatinkan.
Bahkan Indonesia disebut-sebut sebagai tempat sasaran yang empuk oleh produsen dan distributor narkoba karena banyaknya pemakai dan petugas yang tidak begitu ketat sehingga bisa melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja secara bebas. Para pemakai biasanya dari kalangan orang dengan pergaulan bebas.

Beberapa kalangan masyarakat yang seharusnya menjadi panutan masyarakat kerap kali juga ditemukan bergelut dengan obat-obatan ini. Tidak hanya orang-orang jalanan yang memakai, tetapi juga orang-orang ‘berkelas’ sempat didapati sebagai pemakai rutin obat-obatan terlarang ini. Tidak hanya orang-orang dewasa yang menjadi pemakai, tetapi para remaja juga didapati menjadi pemakai.

Di Medan sendiri, ada beberapa titik yang menjadi pengawasan petugas. Paling anyar diberitakan media massa sekarang adalah wilayah “Kampung Kubur”. Diakui sebagai sentral peredaran narkoba terbesar di Medan, sehingga memaksa para petugas penegak hukum dan aparatur pemerintahan, untuk mendirikan posko di tempat ini selama beberapa minggu. Hasilnya, setiap hari ada saja yang barang bukti dan pelaku diamankan.

Masyarakat tidak boleh hanya berpangku tangan melihat pemerintah bekerja sendirian. Kita juga harus aktif melawan peredaran narkoba, dalam lingkup kecil saja contohnya. Para orangtua diharapkan mengajar anak mereka dan memberitahu mereka bahwa narkoba adalah benda yang sekali-kali tidak boleh kita sentuh.

Karena apabila sekali mencoba, tentu akan langsung menimbulkan efek adiktif. Kita juga harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, sebagai dasar alasan kita untuk tidak menyentuh barang haram tersebut. Kita bisa menghindarinya dengan aktif dalam kegiatan, menyibukkan diri akan membantu kita dalam mengusir pemikiran-pemikiran yang mengarah pada hal-hal yang aneh.

Negara pun ketiban pulung dari dampak bisnis barang haram ini, nilai puluhan triliun Rupiah harus digelontorkan guna biaya rehabilitasi pecandu narkoba yang cenderung meningkat setiap tahunnya, disaat bersamaan ancaman narkoba secara membabi buta menjurus kepada para generasi penerus bangsa yang menimbulkan kekhawatiran menurunnya kualitas manusia dan semakin terpuruknya bangsa Indonesia di masa depan.

Sebelum keadaannya bertambah buruk, negara harus berani bertindak tegas-lugas terhadap produsen dan pengedar narkoba. Salah satu tindakan tegas-lugas itu adalah berani mengeksekusi mati para terpidana kasus narkoba yang grasinya sudah ditolak presiden. Keberanian negara menghukum mati para terpidana kasus narkoba lambat laun akan menumbuhkan efek jera, baik terhadap produsen dan pengedar, maupun terhadap para pemadat.
(*)

Close Ads X
Close Ads X