Bisakah Medan Bebas Begal?

Oleh : Sagita Purnomo
Polresta Medan menunjukkan komitmennya dalam memberantas begal yang kerap meresahkan warga. Bukan hanya sekedar menangkap, polisi kini tak lagi segan untuk melakukan eksekusi di tempat terhadap begal yang melawan. Tim Anti Begal dan Preman dari Polresta Medan saat sedang berpatroli di kawasan Jalan Menteng VII pada Selasa (26/7) lalu, menjumpai seorang pelaku begal dan berhasil melumpuhkannya melalui tembkan timah panas.

Tindakan tegas ini terpaksa diambil mengingat pelaku sempat mela­kukan perlawanan dan melukai salah seorang petugas Kejahatan begal dan premanisme di Sumatera Utara (Sumut), khususnya Kota Medan memang sangat memprihatinkan. Dalam menjalankan aksinya merampas harta korban, mereka tidak segan-segan melukai atau bahkan menghabisi nyawa.

Mulai dari masyarakat sipil dan bahkan anggota TNI sekalipun juga pernah menjadi korban ganasnya aksi begal. Oleh karenanya, Kepolisian Daerah Sumatera Utara telah membentuk tim satgas pemburu preman guna menjaga keamanan dan kondusifitas ditengah masyarakat.

Sayangnya, tim pemburu preman yang telah dibentuk mulai tingkat Polda, Polres hingga Polsek di seluruh Sumatera Utara, kinerjanya kurang konsisten. Ini terlihat dari aksi begal terus terjadi bahkan semakin marak meski telah dibentuk tim pemburu preman/begal. Para petinggi kepolisian di Sumut harus melakukan evaluasi program untuk mengukur seberapa konsistenkah tim pemburu preman ini bekerja.

(In)konsistensi
Para pelaku begal dan preman di Kota Medan telah belajar banyak untuk menghindari jaringan aparat penegak hukum di lapangan. Kini begal lebih memilih untuk membentuk ke­lomopk-kelompok besar hingga kecil dalam menjalankan asksi. Hal ini dimaksudkan agar aksi mereka lebih terorganisir, berbagi pengalaman dalam mejalankan aksi dan melarikan diri atau lebih tepatnya ‘perkuliahan’ untuk saling tukar ilmu antar begal senior dan junior.

Begal sekarang juga me­ning­katkan solidaritas dan persatuan antar anggota. Mereka dapat melindungi atau membantu rekannya dalam pelarian. Mereka telah menunjukkan hal ini dari kasus penembakan ditempat anggota begal di Kawasan Menteng.

Dari empat orang pelaku yang ada dilapangan, polisi hanya berhasil menangkap 1 orang (itu pun menyerahkan diri) setelah satu rekannya merenggang nyawa. Sementara 2 pelaku lainnya berhasil melarikan diri dan belum ditangkap hingga sekarang.

Jika dianalisis secara mendalam, kelompok tim anti begal dalam insiden lapangan ini tidak dapat dikategorikan berhasil sepenuhnya. Polisi yang lebih unggul dalam hal persenjataan dan jumlah personel, ternyata belum dapat mengimbangi empat orang begal secara keseluruhan.

Masyarakat memiliki eks­pektasi yang sangat tinggi ke­pada aparat kepolisian untuk menciptakan rasa aman, te­rutama dalam memberantas tindak kejahatan. Mengingat tindakan begal terus tumbuh dan semakin sadis, Kapolresta Medan pada Senin (25/7) lalu berencana memberlakukan jam malam bagi tim anti begal dan premanisme yang dibentuknya. Ia berharap tim ini dapat melindungi memberi rasa aman kepada masyarakt dari tindak kriminal, khususnya begal.

“Ada 202 personil yang ter­gabung dari petugas Sabahara, Reskrim bersama jajaran dan Brimob. Ini kita lakukan guna tak terjadinya hal-hal yang tak diinginkan di Kota Medan. Dengan dibentuknya timsus, kita berharap petugas dapat melakukan tindakan preventif (pencegahan). Selain itu kita juga akan berkoordinasi dengan beberapa Polres guna meredam aksi begal,” kata Kapolresta Medan, Kombes Mardiaz Khusin Dwihananto. (Kriminalitas.com)

Tim anti begal ini harus lebih aktif dalam melaksanakan tugasnya. Tim harus lebih meningkatkan jam-jam patroli, khususunya dimalam hari pada daerah-daerah rawan begal (Ring-road, Jamin Ginting, MT Hariono, Pancing, Mangonsidi, dan lain-lain). Tim dengan persenjataan lengkap harus lebih sering berpatroli dengan mengendarai motor atau mobil pada malam hari, bukan hanya dijalan-jalan protokol saja, namun juga menyisir hingga masuk ke jalan lingkungan.

Tim ini juga harus diawasi secara ketat oleh atasannya. Pasalnya seperti kita ketahui masih banyak oknum polisi (khususnya Sabhara) justru mengisi kegiatan patroli dengan kegiatan yang ‘memalukan’. Penulis sering menjumpai oknum Sabhara di Pos Satlantas Bundaran Majestik justru sibuk memberhentikan kendaraan roda dua yang tidak memakai helem.

Penulis pribadi pernah mengalami kejadian ini diberhentikan secara oleh oknum Sabhara yang ingin melakukan tilang karena lampu belakang motor penulis yang mati. Padahal oknum tersebut bukan berasal dari Polantas yang memang memiliki jobdesk, menindak pelanggaran lalu-lintas (baca pasal 4 KUHP tentang Penyelidik dan Penyidik). Bukan hanya itu, penulis juga kerap menjumpai mobil patroli polisi yang menyisir sejumlah hotel/penginapan di sepanjang Gatot Subroto-Iskandar Muda-Wahid Hasyim untuk meminta sejumlah uang.

Inilah salah satu perbuatan para oknum yang terkesan dibiarkan, sehingga menjadi ‘duri’ tersendiri dalam upaya melindungi masyarakat dari tindak kejahatan. Oleh karenanya, para atasan mereka harus memberikan pengawasan secara ketat, bila perlu menjalin kemitraan dengan masyarakat untuk melaporkan oknum polisi yang ‘bekerja sambilan’ ketika patroli/jaga.

Mitra
Menjaga keamanan suatu wilayah memerlukan kerjasama antar pihak. Menurut hemat penulis jumlah 202 personel polisi anti begal masih sangat kurang untuk mengawasi wilayah Kota Medan yang sangat luas ini.

Harusnya, polisi dapat mengandeng mitra dari TNI dan Satpol PP, untuk membentuk tim khusus dalam memelihara kamtibnas. Dengan dilibatkannya unsur TNI dan Satpol PP, jumlah personel akan lebih lengkap, jangkauan tim akan lebih luas dan efektif dalam menekan serta membatasi ruang gerak begal dan preman.

Dengan terbentuknya tim yang solid dengan bangunan aparat, TNI dan Satpol PP, pastinya akan membuat para begal berpikir dua kali dalam menjalankan aksinya. Kejahatan begal dapat ditekan dan rasa aman dan nyaman pada masyarakat dapat terus terjaga. Singkatnya, semakin banyak jumlah kucing yang menjaga rumah, akan semakin banyak pula tikus yang berhasil ditangkap dan dibasmi, sehingga rumah itu dapat terbebas dari serangan hama tikus.

Besar harapan warga Medan kepada pihak kepolisian untuk dapat menjaga dan melindungi kami setiap saat. Tahan godaan ‘setan’ untuk melakukan pungli dan tetap konsisten menjalankan tugas sebagai pelindung serta menganyomi masyarakat.

Jangan biarkan para begal semakin leluasa dan mengakibatkan warga terhantui dan was-was apabila keluar rumah. Semoga tim anti begal dan premanisme dapat menjalankan tugasnya dengan konsisten guna menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga Kota Medan.***
*) Penulis adalah Alumni FH UMSU 2014

Close Ads X
Close Ads X