Benahi Sektor Pertanian

Negara dibuat pusing tujuh keliling. Betapa tidak, harga-harga pangan terus melonjak naik. Apalagi di musim penghujan sekarang ini, banyak tanaman yang gagal panen. Karena itu, Senin (20/2), Presiden Jokowi mengumpulkan para Menteri untuk membahas masalah tersebut. Bagaimana caranya menekan harga dan solusi diharapkan demi mengurangi beban masyarakat yang semakin tinggi.

Sektor pertanian masa depan tidak hanya dituntut untuk memaksimalkan pengelolaan sumberdaya pertanian dengan berbagai pendekatan teknologi budidaya, industri dan perdagangan. Tuntutan yang perlu dicermati dan waspadai adalah tekanan jumlah penduduk dan menipisnya lahan lahan pertanian serta melemahnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian.

Tiga hal tersebut tentunya sudah menjadi masalah lama yang belum terpecahkan secara maksimal oleh pembangunan pertanian Indonesia. Berbagai pakar dan ahli pembangunan pertanian belum menemukan langkah langkah kongrit dalam menyikapi 3 masalah tersebut baik dalam konteks konsep dan penerapannya.

Masalah tersebut belum tertangani dengan baik karena masih ada kendala koordinasi dan melebarnya ego sektoral selain masalah perundang undangan belaum mampu digulirkan secara maksimal. Mengingat pembangunan pertanian secara umum tidak bisa berdiri sendiri dan harus melibatkan peran dan ikut serta sektor lain.

Tentu ini bukan masalah sederhana dan mudah untuk memecahkan dalam waktu singkat karena melibatkan banyak elemen dan institusi baik pusat dan daerah. Pertumbuhan penduduk nasional dan dunia yang pesat diringi dengan kebutuhan pangan yang semakin besar dan bervariasi menjadi masalah dimasa mendatang.

Sektor pertanian harus mampu memprediksi atas kebutuhan pangan tersebut dengan mengukur kapasitas produksi dari sumberdaya pertanian yang dimiliki. Kemampuan memaksimalkan produksi harus diikuti oleh peningkatan produktivitas tinggi terutama dari kemujuan teknologi pembenihan/varietas, mekanisasi dan pasca panen

Hal ini menjadi sangat penting karena jika hanya bertumpu pada lahan optimal dengan kondisi iklim yang tidak menentu (ekstrim), maka akan sangat menganggu pasokan produksi. Untuk itu obsesi Indonesia harus bisa menjadi lumbung pangan dunia menjadi alasan penting dan seluruh potensi dan sumberdaya pertanian sangat melimpah di bandingkan negara negara lain

Menndesak karena dari berbagai kasus konversi tanah pertanian ke industri dan perumahan/kontruksi memanfaatkan lahan optimal terutama di wilayah jawa sementara potensi pangan hampir 60 % ada di jawa ebagai supply nasional terutama pangan. Ketegasan dan pengguliran lahan optimal sebagai aset jangka panjang adalah menjadi keniscayaan agar tidak menjadi masalah mendatang.

Minat dan kesiapan generasi muda terhadap sektor pertanian berdasarkan realita lapang dan angka statistik menunjukkan menurun. Hal ini disebabkan oleh realita sektor pertanian yang belum mampu meberikan nilai tambah maksimal seperti sektor sektor lainnya jasa dan indsutri.

Pertanian masih belum tampil secara modern dan pengelolaanya belum beroreintasi pasar dunia sehingga memberikan pengaruh pada karakter/prilaku hulu dan hilir belum bersaing secara global.

Rendahnya tingkat pendapatan dan pengelolaan pertanian yang masih belum memadai inilah yang membuat peminat generasi muda enggan untuk terjun bebas di sektor pertanian. Pemerintah harus merespon dan menangkap masah ini dengan segera agar pembangunan pertanian mampu menjadi sektor masa depan Indonesia ke depan ditengah akan semakin menipisnya sumberdaya air dan pangan dunia. Pengelolaan dan perencanaan pembagunan pertanian harus memepertimbangkan 3 masalah besar tesebut agar mampu menjawab permasalahan masa depan.

(*)

Close Ads X
Close Ads X