Hapkido Gelar Short Course di Medan

Medan – Hapkido akan menggelar short course selama dua hari di STMIK Triguna Dharma Medan mulai 6 Mei mendatang. Kursus singkat ini untuk menjaring para leader yang akan dijadikan instruktur (sabeum) di dojang.

Sabelum Dani Eka Syahutra mengatakan pelaksanaan short course ini berdasarkan mandat dari Ketua Umum Pengurus Pusat Hapkido Indonesia GBPH Prabukusumo. Acara ini rencananya dihadiri pengurus KONI dan unsur pemerintahan.

Para perserta nantinya mendapat pemaparan teori dan praktik dari Master Vincent Yoyok Suryadi, yang juga pengurus hapkido pusat. “Keberadaan leader ini merupakan syarat untuk mendirikan Pengcab yang kemudian membentuk Pengprov sesuai syarat yang diajukan PP Hapkido Indonesia,” kata Dani di Medan, Selasa (25/4).

Kepengurusan Hapkido Medan memang belum terbentuk. Melalui short course inilah pembentukan bagan organisasi tengah dirintis. “Minimal terbentuk dulu tiga pengcab, baru kemudian bisa diajukan kepengurusan pengprov. Sebelum ke situ, kami harus mendirikan dojang,” tuturnya.

Dijelaskannya, short course ini terbuka untuk semua pemegang sabuk hitam atau standar Dan I bela diri manapun. Merujuk jumlah peserta yang sudah mendaftar, Armaya optimis cabang bela diri ini memiliki masa depan cerah. Umumnya para peserta tertarik karena penasaran dengan teknik kuncian dan bantingan yang ditawarkan hapkido.

“Dari Lhokseumawe sudah ada yang memastikan ikut. Ada juga yang dari Simuelue, Pidie dan daerah lainnya di Aceh,” timpal Armaya Sofyan.

Armaya bersama Dani merupakan jebolan short course Banda Aceh, Januari lalu. Perkembangan hapkido di Medan memang terbilang telat dibanding daerah lain. “Pengprov Hapkido Aceh sudah terbentuk Januari lalu. Sumut masih kalah di bidang ini,” jelas Armaya.

Secara teknik hapkido terbilang mirip taekwondo. Sejarah pembentukannya pun tidak terlepas dari bela diri yang mengandalkan tendangan sebagai senjata utamanya itu. Namun karena ada kepentingan pada saat itu, induk bela diri ini terpecah menjadi beberapa bagian, di antaranya menjadi taekwondo dan hapkido.

Taekwondo yang tumbuh di bagian selatan kemudian tumbuh menjadi bela diri yang mengandalkan kaki paling populer di dunia. Sementara hapkido yang berkembang di bagian utara menjelma menjadi cabang yang lebih komplit.

Selain menggunakan teknik tendangan ala taekwondo, hapkido juga tidak kaku melakoni pertarungan jarak pendek karena dilengkapi teknik kuncian dan bantingan.

Meski terbilang keras, bukan berarti hapkido tidak bisa diterapkan bagi pemula atau anak usia SD. Armaya sempat menunjukkan tutorial video yang memperlihatkan sejumlah anak-anak dengan mahirnya mempraktikkan jurus hapkido. “Tetap aman bagi anak-anak. Makanya nanti pas short course akan dibahas lebih mendalam lagi,” tukasnya.

(bambang nl)

Close Ads X
Close Ads X