Utang Luar Negeri Indonesia Diambang Waspada

Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tempat penampungan sementara kelapa sawit Desa Bunga Tanjung, Betara, Tanjung Jabung Barat, Jambi, Minggu (26/6). Harga TBS kelapa sawit di tingkat penampung di daerah itu terus menurun dari Rp1.500 per kilogram pada bulan lalu menjadi Rp1.150 per kilogram pada hari ini. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/pd/16.
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tempat penampungan sementara kelapa sawit Desa Bunga Tanjung, Betara, Tanjung Jabung Barat, Jambi, Minggu (26/6). Harga TBS kelapa sawit di tingkat penampung di daerah itu terus menurun dari Rp1.500 per kilogram pada bulan lalu menjadi Rp1.150 per kilogram pada hari ini. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/pd/16.

Rasio utang luar negeri (ULN) terhadap penerimaan transaksi berjalan (TB) atau current account receipt menembus batas aman atau threshold waspada 170,7 persen. Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia (BI) Hendy Sulistiowati menuturkan, rasio ULN terhadap penerimaan TB pada posisi akhir kuartal II 2016 mencapai level 180,4 persen.

Rasio ini juga lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2016 yang di level 176,8 persen. “Kalau dilihat, ULN cenderung turun, tetapi kenapa rasio ULN terhadap penerimaan TB naik?” kata Hendy di Jakarta, Selasa (23/8).

BI menganalisis, meskipun ULN mengalami penurunan di kuartal II 2016, penurunan penerimaan TB lebih besar. Penerimaan TB ini merupakan penerimaan dari ekspor barang dan jasa, neraca pendapatan primer dan pendapatan sekunder.

Hendy mengatakan, menurunnya penerimaan TB ini disebabkan tu­runnya ekspor komoditas, seperti mi­nyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan batubara. Kombinasi harga dan permintaan yang masih melemah di pasar global menyebabkan penurunan ekspor komoditas ini. “Ekspor produk manufaktur juga ma­sih ada yang tumbuh negatif. Per­mintaan dari Eropa dan Amerika Se­rikat belum naik sekali,” imbuh Hendy.

“Jadi tembusnya rasio ini bukan karena pengutang gencar berutang, tetapi karena penerimaan TB yang turun. Mereka para pengutang Indonesia itu lebih prudent dalam menjaga eksposur dia,” ucap Hendy.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk mem­berikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pem­bangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi. (kcm/ant)

Close Ads X
Close Ads X