Teror Kelompok Abu Sayyaf | 3 WNI Pekerja Kapal Diculik Lagi

Kuala Lumpur – Penculikan WNI di kapal-kapal tempat mereka bekerja terjadi lagi. Kini kelompok bersenjata menculik tiga WNI awak kapal tunda Indonesia di Negara Bagian Sabah, Malaysia timur.

Hal itu dinyatakan secara resmi oleh polisi setempat, Minggu (10/7), dalam kejadian terkini dari rangkaian penyergapan di wilayah yang terkenal karena penculikan oleh gerilyawan garis keras.

Belum jelas apakah mereka disergap Abu Sayyaf, kelompok terkait ISIS, yang bertanggung jawab atas pengayauan (penggal kepala) sandera asal Kanada baru-baru ini dan terkenal atas pemerasan jutaan dolar dalam uang tebusan.

Kapal tunda itu, dengan tujuh awak, berada di perairan lepas pantai Sabah di Pulau Kalimantan, sekitar delapan mil laut dari pantai, ketika diserang kelompok bersenjata dalam perahu putih itu, Sabtu malam, kata polisi kelautan daerah setempat.

“Tersangka bertanya siapa membawa paspor dan tiga yang membawa digiring ke perahu mereka, sementara empat yang tidak membawa ditinggalkan,” kata polisi laut dalam pernyataan pers, sebagaimana dinyatakan Reuters.

Lima penculik bersenjata berbicara dalam bahasa Melayu dan berlogat Sulu, tambah polisi. Polisi di Sabah diperkirakan mengadakan jumpa pers pada Minggu. Menurut Kepala Kepolisian Sabah Datuk Abdul Rashid Harun, kelima penculik itu beberapa di antaranya memakai seragam militer, menyelinap ke perairan Tungku, Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Perairan itu dikenal tinggi keamanannya.

Rashid mengatakan para penculik menyelinap ke perairan itu memakai speedboat untuk mengejar kapal pukat berbendera Malaysia, tempat ABK bekerja. Malaysia sudah memberitahukan penculikan yang terjadi pada Sabtu (9/7) menjelang tengah malam ini kepada Filipina.

Malaysia belum bisa memastikan kelompok mana yang terlibat dalam insiden penculikan ini, namun kecurigaan kuat adalah kelompok Abu Sayyaf pimpinan Apo Mike. Kelompok Apo Mike ini bertanggung jawab atas beberapa kasus penculikan pelaut di perairan internasinal antara Sabah dan Filipina.

Kelompok Apo Mike juga diketahui sebagai dalang di balik penculikan 4 awak kapal Malaysia pada April lalu. Para korban dilepaskan pada 7 Juni di Patikul, Sulu. Kelompok Majal Adja atau Apo Mike juga diduga kuat Filipina yang menyandera 7 ABK asal Indonesia pada akhir Juni 2016 dan hingga kini belum dibebaskan. Laporan intelijen Filipina menyebut kelompok Apo Mike selalu bergerak dan berpindah-pindah karena dikejar oleh pasukan pemerintah.

Kepala Kepolisian Sabah Datuk Abdul Rashid Harun juga mengumumkan identitas 3 WNI itu. Mereka berasal dari Indonesia timur, yaitu:
1. Lorence Koten (34)
2. Teo Dorus Kopong (42)
3. Emanuel (46)

Ada 7 orang awak di kapal itu yang terdiri dari 4 WNI dan 3 lainnya adalah “gipsi laut”. Para penculik sebelumnya bertanya siapa yang memiliki paspor, 3 WNI mengaku memiliki paspor dan 4 lainnya mengaku tak memiliki dokumen yang lengkap.

Penculik, dari keterangan awak yang dibebaskan, adalah sekitar 5 orang berusia antara 30-40 tahun, 3 di antaranya membawa senjata M14 dan M16 meminta para awak kapal berkumpul di haluan sebelum menculik 3 WNI yang memiliki dokumen. Rashid mengatakan tak ada permintaan uang tebusan yang diterima.

Di Jakarta, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan belum memiliki keterangan tentang penculikan itu. Kelompok keras Abu Sayyaf mengayau dua orang Kanada baru-baru ini setelah tenggat tebusan dilewati. Mereka masih menyekap warga Jepang, Belanda, dan Norwegia.

Terkait hal ini, Duta Besar RI untuk Malaysia Herman Prayitno mengatakan saat ini koordinasi antara otoritas Malaysia dan Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) terus dilakukan untuk pembebasan ketiga sandera.

“Saya kira sedang ditangani oleh Kemlu (on going process). Pasti nanti akan ada koordinasi,” ujar Herman dalam pesan tertulisnya. Herman mengatakan pemerintah Malaysia akan memberikan bantuan karena ketiga WNI tersebut diculik di perairan Lahad Datu, yang masih berada di wilayah Malaysia.

“Pemerintah Malaysia saya kita juga akan membantu karena terjadinya di wilayah Malaysia. Pejabat Konsul Tawau akan monitor terus dan bekerjasama dengan pihak otoritas Malaysia,” jelas Herman.

Sementara itu Direktur Perlindungan WNI Kemlu Lalu M Iqbal mengatakan saat ini pihaknya telah memperoleh laporan mengenai hal tersebut. “Saat ini kami terus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mengkonfirmasi informasi tersebut,” jelas Iqbal dalam pesan tertulisnya. (ant/dtc)

Close Ads X
Close Ads X