Sambut Idul Adha di Pekanbaru | Jokowi Kurban Sapi 1 Ton

Pekanbaru – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkurban satu ekor satu untuk Provinsi Riau. Daging hewan ternak itu nantinya diperuntukan bagi masyarakat dalam penyambutan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 1 September nanti.

Berat sapi itu juga cukup fantastis yakni hampir 1 ton. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu memang hampir setiap tahun berkurban di Riau.

“Sapi sumbangan dari Presiden Jokowi beratnya 850 kilogram,” ucap Sekertaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau, Ahmad Hijazi di Pekanbaru, Minggu (20/8).

Saat ini Dinas Perternakan dan Biro Kesra Pemprov Riau sedang mengurus administrasi ke bagian Sekretariat Negara (segneg) dalam penyerahan hewan kurban dari Presiden.

Hewan kurban dari orang nomor satu di Indonesia itu kemungkinan akan disembelih di Masjid Agung An Nur, Pekanbaru. Namun demikian Pemprov masih menunggu hasil koordinasi dengan pihak kepresidenan.

“Kita sedang menunggu instruksi dari setneg terkait hewan qurban dari Bapak Presiden RI,” tukasnya.

Dongkrak Perekonomian
Sementara itu, warga Jakarta diharapkan agar melaksanakan penyembelihan hewan kurban di perdesaan untuk membantu meningkatkan perekonomi umat secara lebih luas di daerah.

Alasannya, penyembelihan hewan kurban tidak hanya bernilai ibadah, tetapi dapat menjadi instrumen untuk membangkitkan ekonomi umat, terutama di perdesaan.

Direktur Koordinasi Peng­him­punan, Komunikasi, dan Informasi Zakat Nasional Baznas, Arifin Purwakananta, mengatakan ibadah penyembelihan kurban juga mampu mengurai permasalahan peternakan yang selama ini menjerat perternak.

“Pembelian hewan kurban bisa dimanfaatkan untuk mengem­bangkan usaha peternakan rakyat, terutama di desa-desa,” katanya saat menggelar aksi simpati Baznas di arena car free day di Bunderan HI Jakarta pada Minggu (20/8).

Menurutnya, petenakan di Indonesia didominasi oleh usaha rakyat, bukan industri peternakan besar. Namun, pertenakan rakyat itu masih menghadapi masalah kapasitas produksi yang rendah.

Kapasitas produksi yang rendah dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat itu, lanjutnya, antara lain disebabkan oleh metode peternakan yang masih konvensional.

“Karena itulah, meski menjadi tulang punggung peternakan Indonesia, nasib peternak tradisional di negeri ini juga tidak bagus,” ujarnya. (oz/bc)

Close Ads X
Close Ads X