PKB Pintar-Pintar Bermain di Pilkada

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan meminta Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) agar pintar-pintar bermain di pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Ia memandang Pilkada Jakarta bermasalah lantaran ada persoalan yang menyangkut agama.

“Saya tidak mau PKB jadi provokator,” kata Luhut di acara Sekolah Kepemimpinan Gus Dur di Kantor DPP PKB, Jakarta, Ahad (26/3). Belajar dari sosok Gus Dur, Luhut berharap PKB bisa memberikan kedamaian bagi semua kalangan.

Luhut mendapat pelajaran penting dari Gus Dur mengenai menjaga persatuan. Menurut dia, PKB harus bisa menjadi teladan bila ingin diikuti oleh masyarakat.

Menteri Luhut berharap nilai-nilai kemanusiaan yang sudah diwariskan presiden Indonesia keempat itu bisa diteruskan oleh kader Partai Kebangkitan Bangsa. Bila PKB ingin merebut banyak kursi di parlemen, kata dia, harus memberikan keteladan bagi masyarakat, seperti yang dilakukan Gus Dur. “Harus jadi teladan di mana saja.”

Sementara itu, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar belajar banyak hal dari sosok Gus Dur. Dalam sambutannya di acara Sekolah Kepemimpinan Gus Dur, Muhaimin mengatakan ada empat hal yang ia pelajari dari sosok bernama lengkap Abdurrahman Wahid itu.

“Salah satu keberhasilan kepemimpinan Gus Dur ialah tauhid,” kata Muhaimin di kantor DPP PKB, Jakarta. Menurut dia, agama bagi Gus Dur bukan sekadar formalitas tapi telah menjadi semangat atau spirit. Termasuk di dalamnya, ucap Muhaimin, agama tidak dipisahkan dari politik.

Tiga pelajaran lainnya yang didapat Muhaimin dari Gus Dur ialah kemanusiaan, keadilan, serta persatuan dan kebersamaan. Hal-hal itu yang membuat banyak orang masih merindukan sosok Gus Dur. Bahkan hingga saat ini, Muhaimin melanjutkan, orang yang berziarah ke makam Gus Dur tidak pernah berhenti.

Oleh sebab itu, lewat Sekolah Kepemimpinan Gus Dur, Muhaimin berharap para kader PKB bisa meneruskan nilai-nilai yang sudah diwarisi cucu pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asyari, itu. “Harapannya kader di DPC dan DPD bisa jadi ujung tombak perbaikan,” ujar Muhaimin.

Pada kesempatan yang sama, cendekiawan Ignas Kleden yang menjadi salah satu pembicara menilai Gus Dur dikenal amat pintar. Ia mengatakan Gus Dur bisa menjelaskan persoalan menyangkut public society tanpa membawa-bawa istilah agama. “Itu membuat kelompok lain mengerti,” kata dia.

Situasi sebaliknya justru terjadi pada hari ini. Ignas mengatakan selama seseorang menggunakan bahasa atau istilah sektarian maka sulit mengharapkan kehadiran civil society. “Ini yang mesti diteruskan warisannya,” ucapnya.

(tc)

Close Ads X
Close Ads X