Jakarta | Jurnal Asia
Partai Amanat Nasional (PAN) menilai belum ada hal yang luar biasa dilakukan oleh menteri-menteri Kabinet Kerja dalam setahun masa pemerintahan. PAN menilai perlu ada evaluasi oleh Presiden Jokowi atas kinerja menteri-menterinya. “Kalau evaluasi kabinet perlu, terutama berkaitan dengan menteri-menteri teknis. Kalau kemarin kan evaluasi untuk Menko-menko,” ucap ketua DPP PAN Yandri Susanto di gedung DPR, Jakarta, Selasa (20/10).
Yandri mengatakan evaluasi itu terutama untuk kementerian bidang ekonomi. Jika masalah ekonomi negara baik, maka masalah politik hukum dan keamanan akan mengikuti iklim perekonomian tersebut.
“Kalau Jokowi tak serius dan tak berani ambil inisiatif untuk evaluasi menyeluruh, maka bebannya semua akan ke Jokowi. Karena itu sebelum Jokowi ke Amerika, perlu ada evaluasi,” ujarnya.
Soal apakah evaluasi Kabinet itu berujung pada reshuffle sejumlah menteri, Yandri menyerahkan sepenuhnya kepada hak prerogatif Presiden. PAN tidak akan meminta apalagi mendorong evaluasi agar kader PAN masuk Kabinet.
Terkait isu reshuffle ini, politisi asal Banten itu juga meminta agar menteri-menteri tak terganggu dengan isu reshuffle, tapi juga tak perlu pencitraan soal setahun kiprah di pemerintahan.
“Saya kira menteri harus tetap fokus, dia pegang sumpah dan janji sebagai menteri. Tidak perlu cemas atau khawatir, ya bekerja seperti biasa tidak perlu juga pencitraan berlebihan,” ucap anggota komisi II DPR itu.
Semua Menteri Bekerja Keras
Kinerja menteri Kabinet Kerja belum 100 persen memuaskan. Menurut Presiden Joko Widodo, belum semua menteri memahami nawa cita (sembilan cita) tapi ada juga yang sudah mengimplementasikan. “Saya kira kalau tanya puas dan enggak puas (kinerja menteri), ya ada yang sudah puas, ada yang setengah puas. Yang pasti, saya lihat semua menteri bekerja keras,” kata Presiden.
Sikap Presiden dalam membangun negeri belum berubah, nawa cita harus menjadi panduan. “Saya sudah memberikan buku kecil kepada semua menteri sebagai sebuah panduan,” ujar Presiden.
Presiden juga menyampaikan, pemerintah baru meletakkan dasar revolusi mental. Revolusi mental adalah sebuah gagasan besar untuk mengubah karakter pemerintahan dan masyarakat. Revolusi mental membangun semangat kerja, optimisme, gotong royong, sekaligus transformasi ekonomi dari konsumtif menjadi produktif. “Dari yang konsumsi di balik menjadi sebuah investasi. Saya kira hal yang produktif itu yang ingin kami bangun,” katanya.
Mewujudkan perubahan mental dari konsumtif menjadi produktif tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurut Presiden, dua atau tiga tahun mungkin akan kelihatan perubahan mental. Semua pihak harus mulai mengubah mental masing-masing untuk lebih baik. “Ini pada tahap meletakkan dasar. Membangun rumah saja butuh setahun-dua tahun, apalagi sebuah negara besar seperti negara kita,” ujar dia.
Hari ini, usia pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla genap setahun. Ada sembilan agenda prioritas Jokowi-JK yang disebut nawa cita:
1. Kami akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
2. Kami akan membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Kami akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Kami akan menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
7. Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Kami akan melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Kami akan memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi. (dtc/mtv)