Pasca-Teror Bom Surabaya 74 Terduga Teroris Ditangkap

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wapres Jusuf Kalla memimpin rapat terbatas mengenai terorisme di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5). Presiden meminta pendekatan “hard power” dan “soft power” dipadukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan terorisme. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/kye/18

Jakarta | Jurnal Asia
Polri menggelar operasi penindakan terhadap terduga teoris pasca-aksi teror ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, ledakan di Rusunawa, ledakan di depan Mapolrestabes Surabaya dan serangan di Mapolda Riau. Dalam kegiatan itu, setidaknya Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap 74 terduga teroris.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Mabes Polri, operasi penindakan itu dilaksanakan selama tujuh hari, sejak 13 Mei sampai 20 Mei 2018. Dari penangkapan itu, 14 terduga teroris tewas karena mencoba melawan aparat saat hendak ditangkap.
Dalam penindakan di Provinsi Jawa Timur, Densus 88 Antiteror menangkap 31 orang dan 4 di antaranya meninggal dunia. Wilayah ini sekaligus terbanyak dilakukan penangkapan terduga teroris oleh polisi.
Selanjutnya, di Provinsi Banten dan DKI Jakarta, 16 terduga teroris tetapi 2 di antaranya tewas. Lalu, di Riau, polisi menangkap 9 orang dan empat di antaranya tewas.
Kemudian di Provinsi Jawa Barat, aparat penegak hukum menangkap 8 orang, sedangkan 4 terduga teoris di antaranya harus ditembak polisi dan tewas. Lalu di Provinsi Sumatera Utara, aparat menangkap 6 orang dan terakhir di Lampung, polisi menangkap 4 orang.
Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya secara tegas telah menyatakan perang terhadap seluruh kelompok terorisme. Bahkan, dia menginstruksikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk memberangus seluruh sel-sel kelompok radikalisme di Indonesia.
“Saya tegaskan kita akan lawan terorisme, akan kita basmi sampai ke akar-akarnya. Saya perintahkan Kapolri tegas tidak ada kompromi dalam melakukan tindakan di lapangan untuk menghentikan teroris ini,” ujar Jokowi saat di JI Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin 14 Mei 2018.
Sementara itu, Tito Karnavian menyebut akan terus “memburu” jaringan terorisme di Indonesia. Bahkan, Tito sudah meminta bantuan kepada TNI untuk membantu melakukan pemberantasan kelompok radikal tersebut.
“Saya minta Bapak Panglima TNI, Beliau kirimkan kekuatan untuk lakukan operasi bersama melakukan penangkan sel-sel JAD dan JAT yang diduga akan melakukan aksi,” kata Tito saat di Surabaya pada Minggu, 13 Mei 2018 lalu.
Mabes Polri sendiri menyatakan operasi penindakan ini sendiri merupakan langkah preventif yang dilakukan guna melakukan pencegahan dini terkait dengan aksi teror yang meresahkan masyarakat. (oz/put)

Close Ads X
Close Ads X