Korban Meninggal Gempa Sulteng 2.256 Jiwa

Pekerja menyelesaikan pemotongan rangka dan besi dari Jembatan Kuning yang ambruk di Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (20/10/2018). Jembatan lengkung pertama di Indonesia yang ambuk akibat gempa bumi dan tsunami itu mulai dipindahkan dari tempatnya. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/wsj.

Jakarta | Jurnal Asia

Kepala Pusat Data Infromasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan jumlah korban meninggal dunia akibat bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda empat daerah di Sulawesi Tengah terus meningkat. Hingga siang ini jumlahnya sudah 2.256 jiwa.

“Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Moutong yang terdampak langsung oleh bencana. Dampak bencana hingga Minggu, 21 Oktober 2018 pukul 13.00 tercatat 2.256 orang yang meninggal dunia,” ucap Sutopo dikutip dari keterangannya, Minggu 21 Oktober 2018.

Sutopo menjabarkan daerah korban meninggal di Kota Palu sebanyak 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 366 orang, Parigi Moutong 15 orang dan Pasangkayu 1 orang. Semua korban yang meninggal sudah dimakamkan secara masal atau pun langsung dimakamkan oleh keluarga.

Sedangkan, korban hilang sebanyak 1.309 orang, korban luka sebanyak 4.612 orang dan warga yang mengungsi sebanyak 223.751 di 122 titik pengungsian.

Selain itu, Sutopo juga menyebutkan banyak bangunan dan infrastuktur yang hancur akibat bencana. Kerusakan meliputi 68.451 unit rumah, 327 unit ibadah, 265 unit sekolah, 78 unit perkantoran dan 362 unit toko dan 168 titik retak dan 7 jembatan rusak.

“Data tersebut adalah data sementara, yang akan bertambah seiring pendataan yang terus dilakukan,” tutup Sutopo.

Selain itu, Pemerintah terus berupaya melakukan penanganan darurat dampak gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah. Hal itu sebagai percepatan pemulihan dampak bencana, khususnya pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan untuk masa tanggap darurat bencana masih terus diberlakukan sampai dengan 26 Oktober 2018.

“Masa tanggap darurat bencana masih diberlakukan hingga 26 Oktober 2018,” kata Sutopo.

Sutopo menjelaskan upaya lain dengan pemulihan pelayanan medis, perbaikan infrastruktur dasar, dan normalisasi kehidupan masyarakat terus diintensifkan pemerintah.

Dia menambahkan, beberapa fasilitas publik, seperti listrik dan jaringan komunikasi sebagian besar sudah kembali pulih seperti semula. Ia juga menyampaikan sejauh ini memang masih ada sejumlah daerah yang aliran listriknya belum berfungsi secara maksimal. Namun hal itu masih terus diperbaiki.

“Di daerah terdampak bencana. Pemulihan BTS untuk komunikasi di Sulawesi Tengah dari total 3.519 BTS, mencapai 96,1 persen. Jaringan Telkomsel telah pulih 100 persen. Begitu juga dengan pasokan listrik,” jelas Sutopo.

Kemudian, ia merincikan beberapa daerah yang parah terkena gempa seperti Donggala, Sindue menjadi perhatian dalam perbaikan pelayanan listrik.

“Beberapa daerah memang aliran listrik belum berfungsi, di Kabupaten Donggala. Seperti di sebagian Kecamatan Sindue, Balaesang Tanjung dan Sirenja sehingga perlu dioperasikan genset dan pemasangan instalasi listrik di lokasi pengungsi,” ujarnya. (vv/put)

Close Ads X
Close Ads X