Hotel Bintang Tiga Rp50 M Segera Dibangun di KNIA, Termasuk PLTG 50 Megawatt

Deli Serdang | Jurnal Asia
Jumlah terminal haji dan umrah akan dibangun di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Ini untuk mengurangi kepadatan di Bandara Soekarno-Hatta. Dalam mendukung hal tersebut, pihak pengelola bandara Kualanamu yaitu PT Angkasa Pura II (AP II), akan membangun sebuah hotel di sekitar bandara untuk mencegah penumpukan yang terjadi di bandara.

“Untuk cegah penumpukan di bandara, AP II akan bangun hotel bintang tiga 140 kamar,” ungkap Direktur Utama AP II, Budi Karya Sumadi, di Kuala Namu International Airport (KNIA), Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (6/5).

Ia menargetkan hotel ini akan selesai dibangun pada pertengahan 2017, dengan nilai investasi Rp 50 miliar. “Sebelum lebaran tahun depan selesai, nilai investasinya Rp50 miliar,” kata Budi.

Apalagi diketahui, Bandara Kualanamu merupakan bandara terbesar kedua setelah Soekarno-Hatta yang dikelola PT Angkasa Pura II (AP II). Bandara ini rencananya akan ditingkatkan fungsinya, sebagai bandara haji dan umrah.

Hal ini dilakukan untuk men­gurangi kepadatan di bandara Soekarno-Hatta. Selain itu, nan­tinya masyarakat Sumatera yang ingin menunaikan ibadah umrah dan haji bisa melalui bandara ini.
“Kualanamu subhub Sumatera, jadi semua penerbangan yang ada di Sumatera ini akan kita pusatkan di Kualanamu untuk ke luar negeri, yang paling utama adalah umrah,” ujar Direktur AP II, Budi Karya Sumadi lagi.

Selain itu, hal ini juga di­nilai lebih efisien karena bisa menghemat waktu dan tidak perlu bolak-balik. “Jadi fasilitas yang begitu besar bisa digunakan secara baik dan efisien. Kalau ke Jakarta dulu kan ke selatan dulu terus ke utara lagi, paling nggak buang 2 jam ke Jakarta,” lanjut Budi.

Budi akan mengajak beberapa maskapai untuk mendukung kegiatan ini. “Nanti akan mengajak semua airlines baik Garuda, Sriwijaya, dan Lion untuk mengaktifkan fungsi ini, secara teoritis dari Medan ke Pekanbaru nggak per­lu ke Jakarta supaya Sumut jadi pusat kegiatan ekonomi,” tuturnya.

Bangun PLTG
Selain itu, PT Angkasa Pura II (AP II) berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) bersama PT Adhi Karya Tbk dan PT Pertamina Gas (Pertagas), di Bandara Inter­­nasional Kualanamu, Deli Ser­dang.

Rencana ini sudah disetujui Kementerian Perhubungan, Ke­menterian BUMN, dan pemerintah daerah setempat. PLTG dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik di bandara Kualanamu. “Dengan rencana yang sudah disetujui Pemda dan Menteri Perhubungan juga BUMN, AP II akan mengisi kegiatan-kegiatan di dalamnya, pertama kalau infrastruktur berkaitan dengan listrik, listrik sudah berkoordinasi dengan beberapa BUMNumn dengan Adhi Karya dan Pertamina, Pertamina akan suplai gas, Adhi Karya dan Pertagas bangun power plant,” ujar Direktur Utama AP II, Budi Karya Sumadi.

Selain itu, pembangunan PLTG ini bukan hanya untuk me­nyediakan listrik di bandara saja, melainkan juga untuk me­menuhi kekurangan listrik di kota Sumatera Utara. “Selain itu kan Sumut listriknya defisit, jadi inisiasi untuk bangun power plant ini bukan hanya untuk di sini, tapi untuk kota Medan juga, sudah ngomong dengan gubernur, gubernur akan saran excess listrik bisa untuk masyarakat Medan,” kata Budi.

Pembangkit listrik ini semula akan berkapasitas 15 Mega Watt (MW) untuk memenuhi kebutuhan di bandara Kualanamu saja, namun untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera Utara akan dijadikan 50 MW.

“Jujur studi cuma untuk 15 MW untuk Kualanamu saja kemarin saya rapat dengan Adhi Karya dan Pertagas ini akan ekonomis jika dijadikan 50 MW, Adhi Karya dan Pertagas sudah sounding ke gubernur, gubernur support, sekali bangun lebih besar, kalau itu ekonomis,” tutur Budi.

Ia juga mengatakan akan mengajak PLN untuk bekerja sama guna mengerjakan proyek ini. Diperkirakan dalam waktu 3-4 bulan proyek ini bisa dimulai. “Tanah kita punya, sebenarnya yang 15 MW sudah bisa dimulai.

Karena ini lebih besar minta izin dengan PLN kita ada sinergi BUMN kita minta PLN berikan kesem­patan bukan karena kita ego, tapi untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera Utara, PLN akan kita ajak sinergi, lokasi sekitar airport, kalau ngomong positif paling 3-4 bulan lagi bisa karena sudah ada studi tinggal model bisnisnya aja” ungkap Budi.

Untuk membangun PLTG 50 MW ini dibutuhkan dana sekitar Rp 750 miliar- 1 triliun. Selain itu diharapkan PLTG ini juga bisa meningkatkan ekonomi di kota Medan dengan mengundang investor untuk ramai-ramai ber­investasi.

“Kalau 15 MW itu sekitar Rp 200-250 miliar nggak terlalu besar, yang 50 MW Rp 750 miliar-1 triliun, kalau dipikul bareng-bareng nggak susah itu, yang bagus lagi ada potensi ini orang yang mau bikin industri di Medan nggak ragu-ragu ini inisiasi yang rembuk di BUMN dan strategis apalagi di sekitar Deli Serdang tanah begitu luas bisa undang investor,” tutupnya.
(dtf)

Close Ads X
Close Ads X