Medan | Jurnal Asia
Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H Gatot Pujo Nugroho meninjau salah satu lokasi banjir di Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat, Kamis (14/1). Untuk membujuk warga masyarakat agar mau mengungsi ke tempat aman, Gubernur dan Bupati Langkat nyemplung ke pemukiman warga yang terendam air setinggi dada orang dewasa. Peninjauan diawali di tempat pengungsian tepatnya di Gedung 45 Stabat, usai melaksanakan Sholat Subuh di Masjid Azizi Stabat. Di gedung itu, terdapat puluhan keluarga pengungsi akibat rumah mereka direndam banjir.
Di tempat pengungsian itu pula, Gubsu pun langsung menjenguk seorang ibu yang baru melahirkan seorang anak perempuan. Ia pun langsung membujuk sang suami dan si ibu agar dirawat di rumah sakit demi kesehatan si ibu dan sang bayi. “Dirawat saja di rumah sakit ya pak, bagaimana? Kasihan anak sama isterinya,” pinta Gubsu.
Bukan hanya itu, Gubsu yang dimintai untuk memberikan nama langsung memberi nama Nadya kepada anak kedua dari pasangan Eliana dan Andika tersebut. Tinjauan itu juga dihadiri Bupati Langkat Ngogesa Sitepu, Dandim, Kapolres Langkat, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Dinsyah, Kepala Balai Lingkungan Hidup (BLH) Hidayati, Staf Ahli Asren Nasution, Asisten 3 Pemprovsu OK Zulkarnaen, Sekretaris Dinas Sosial, berserta jajaranya.
Tinjauan selanjutnya dilanjutkan di tanggul Sungai Batang Serangan, tepat di sisi Jembatan Tanjungpura. Gubsu masuk ke kediaman warga yang terendam banjir.Dalam tinjauan itu, Gubsu kemudian mengimbau dan meminta kepada masyarakat yang rumahnya terendam banjir 1-1,5 meter agar segera mengungsi ke tempat pengungsian, karena masyarakat masih berkeras menempati rumah yang terendam banjir.
“Saya berkoordinasi dengan bupati untuk melakukan pengerukan Sungai. Saya juga meminta kepada masyarakat agar tidak tinggal di tempat Daerah Aliran Sungai atau DAS,” ujar Gubsu.
Dijelaskannya, karena sesuai dengan UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No 38/2011 tentang Sungai menegaskan, 10-20 meter dari bibir sungai atau sempadan dilarang untuk dibangun.
Sungai, termasuk sempadan, adalah milik negara. Gubsu kemudian meminta Bupati Langkat untuk mensosialisasikan agar masyarakat mau pindah dari bantaran sungai. Data Badan Bencana Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Langkat menyebutkan per 13 Januari 2015 terdapat lima kecamatan terendam banjir. Di Kecamatan Tanjungpura terdapat 4.184 KK dengan ketinggian air 50-110 sentimeter. Di Kecamatan Sawit Seberang terdapat 285 KK dengan ketinggian air 80-200 sentimeter, kondisi sementara tanggul sungai pecah sepanjang sekitar 40 meter.
Sementara di Batang Serangan terdapat 667 KK dan menelan korban satu orang yakni Zendamia Sitepu karena hanyut di Sungai. Di kecamatan ini, tinggi air antara 30-90 sentimeter. Di Kecamatan Hinai terdapat 1700 KK dan Kecamatan Wampu terdapat 252 KK. Jadi total keselurahan di lima kecamatan itu terdapat 7.178 KK.
Gubsu juga kemudian memberikan bantuan kepada korban banjir di Kabupaten Langkat berupa permakanan/lauk pauk sebanyak 1.000 paket, mie instan sebanyak 18.000 bungkus, matras, 300 lembar, selimut bergaris 390 lembar, selimut woll 270 lembar, tenda biru/gulung 200 lembar.
Sementara, Bupati Langkat H Ngogesa dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Pemkab Langkat akan terus berupaya mengatasi permasalahan yang diakibatkan bencana alam tersebut dan akan terus memantau perkembangan para pengungsi dan banjir yang melanda di beberapa lokasi di Langkat.
“Seluruh SKPD terkait, sudah saya instruksikan untuk tanggap terhadap situasi ini, dari mulai pendataan masyarakat yang dilanda musibah banjir, sampai dengan posko pengungsian serta logistik akan terus diberikan agar musibah yang melanda dapat sedikit terobati,” ungkap H Ngogesa.
Masih kata H Ngogesa, dari aspek kesehatan, diminta kepada Dinas Kesehatan dan BPBD Kabupaten Langkat agar selalu memonitor perkembangan pengungsi agar kesehatan pengungsi tetap terjaga baik warga masyarakat yang berada di posko maupun yang berada di masing-masing rumahnya.
(andri/arfan lubis)