BNN Siap Tembak Mati Pengedar Narkoba

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menkopolhukam Wiranto (kedua kanan), Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso (kiri) dan Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi (kanan) memimpin pemusnahan barang bukti narkoba hasil tangkapan BNN di Silang Monumen Nasional, Jakarta, Selasa (6/12). Presiden menyatakan Indonesia perang besar terhadap narkoba. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww/16.
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menkopolhukam Wiranto (kedua kanan), Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso (kiri) dan Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi (kanan) memimpin pemusnahan barang bukti narkoba hasil tangkapan BNN di Silang Monumen Nasional, Jakarta, Selasa (6/12). Presiden menyatakan Indonesia perang besar terhadap narkoba. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww/16.

Jakarta – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jen­deral Polisi Budi Waseso, menegaskan jajarannya tidak se­gan untuk menindak tegas para pengedar narkoba, ter­ma­suk menembak mati mereka jika membahayakan saat penangkapan.

Apalagi BNN, kata dia, kini sudah dilengkapi dengan persenjataan baru. Pria yang akrab disapa Buwas itu mengatakan, langkah tembak mati dilakukan untuk menyelamatkan generasi bangsa.
“Saya kira kalau dibutuhkan dan diharuskan, kalau ada perlawanan (tembak mati). BNN juga sudah dilengkapi dengan persenjataan baru itu kami lakukan dalam tin­­dakan hukum, harus tegas. Tidak main-main, karena yang kita selamatkan adalah generasi bangsa,” ucapnya di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Selasa (6/12).

Mengenai penggunaan uang hasil penjualan narkoba dari para bandar yang disita BNN untuk dipakai biaya operasional, Buwas belum bisa memastikan hal itu. Sebab, hal tersebut hingga kini masih dibahas lebih lanjut dengan instansi terkait.

“Masih dibahas, tidak serta merta bisa digunakan. Tapi artinya, untuk mendukung tugas operasional, kita bisa menunggu dari dana pemerintah, karena beberapa aturan dan prosedur. Maka untuk kecepatan langkah ini adalah, menggunakan dana TPPU hasil kejahatan narkotika. Toh, untuk memberantas juga, kalau kita sita asetnya kan mereka enggak ada modal,” kata Buwas.

Selain itu, Badan Nasional Narkotika (BNN) mengaku telah berhasil mengamankan uang negara senilai Rp900 miliar dari penangkapan sejumlah transaksi bandar narkoba di Indonesia sepanjang tahun 2016.

Uang haram dari bisnis narkoba itu, disebutkan Kepala BNN Komjen Budi Waseso, berhasil dideteksi oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank lndonesia.

Dengan modus mencuci uang dari satu rekening ke rekening lainnya.”Ini langsung ya, yang kita selamatkan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang ada di indonesia Rp900 miliar,” ujar Budi Waseso di Jakarta, Selasa (6/12).

Saat ini, Buwas mengaku, jika pihaknya tengah menyelidiki transaksi yang lebih besar dan melibatkan sejumlah negara asing dalam perputaran bisnis barang haram itu di Indonesia. “Sekarang kami sedang telisik peredaran uang sebesar Rp2,7 triliun, sudah melibatkan 11 negara asing. Mereka yang sudah transfer hasil penjualan narkobanya,” katanya.

Dilindungi Undang-undang
Di lokasi yang sama, Presiden Joko Widodo sempat meminta Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso, untuk memperhatikan angka kematian generasi muda di Indonesia, yang tidak sebanding dengan angka pengedar dan bandar narkoba yang dieksekusi mati.

Terkait hal itu, pria yang akrab disapa Buwas tersebut mengatakan, hukuman mati terhadap pengedar dan bandar narkoba masih relatif kecil. “Hanya puluhan saja, dibanding setahun itu 1500 generasi kita meninggal dunia,” ujar Buwas.

Menurut Buwas, para pengedar dan bandar narkoba banyak yang lolos dari jeratan hukuman mati, lantaran bandar narkoba yang tengah diproses hukum bisa mengelak lewat celah hukum yang ada dalam undang-undang. Dengan demikian, mereka bisa terlepas dari hukuman mati.

“Artinya, mereka itu dilindungi dalam undang-undang itu sendiri. Artinya, mereka masih bisa punya kesempatan untuk membela dan lepas dari tuduhan, sedangkan fakta dan nyata bahwa 1500 per tahun generasi kita meninggal,” Buwas menegaskan.

Maka dari itu, untuk ke depannya, Buwas menyebutkan, BNN sebagai leading sector akan lebih masif dalam penanganan narkoba seperti yang diminta oleh Presiden Jokowi. Tapi, menurut dia, angka kematian akibat narkoba bukan harus diseimbangkan dengan angka kematian pengedar dan bandar-bandar narkoba.

“Bukan artinya harus diseimbangkan, artinya kan ini belum seimbang ya. Kalau seimbang itu berarti kita harus bisa mengungkap jaringan itu sampai tuntas. Kalau tuntas kan jaringan itu tidak lagi beroperasi di negara kita,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan setiap tahun ada 15 ribu generasi muda mati karena narkoba. Mereka menjadi korban dari para pengedar dan bandar yang terus mengeruk keuntungan. Jokowi meminta Kepala BNN untuk memperhatikan persoalan ini, karena pemerintah sudah menegaskan perang terhadap narkoba. “Berapa pengedar dan bandar yang mati setiap tahunnya? Ini pertanyaan untuk Kepala BNN supaya dibandingkan,” kata Presiden Jokowi. (vv)

Close Ads X
Close Ads X