Semua Siswa Kelas ‘Siluman’ Harus Pindah | Orangtua Mengamuk di Disdik Sumut

Medan – Tak terima anaknya akan dipindah pak­sa pasca terendus masuk kelas ‘siluman’ di SMA Negeri Favorit Kota Me­dan, mem­buat orangtua mengamuk. In­siden kericuhan ini terjadi saat mereka me­nerima sosialisasi pemberlakuan sistem Pe­nerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online, Senin (11/9) siang di kantor Disdik Sumut, Jalan T. Cik Ditiro Medan.

Ratusan siswa SMA tersebut sebe­lumnya diduga berhasil masuk ke SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 13 Medan lewat jalur belakang alias titipan dan juga pemberian fulus (duit) kepada oknum-oknum tertentu dan juga Kepala sekolah. Belakangan hal ini menjadi petaka, karena penerimaan siswa itu disorot Ombudsman dan juga KPK.

Menurut keterangan dihimpun Jurnal Asia, kericuhan itu muncul saat terjadi dia­log antara perwakilan orangtua siswa, yang menyampaikan keberatan anak­nya dipindahkan terkait tudingan “siswa siluman” seperti yang dituduhkan Ombudsman Sumut.

Dalam pertemuan yang dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Arsyad Lubis dan perwakilan Om­­busdman Sumut Edu Silaban, para orang­tua siswa berteriak dan menghujat ke­beradaan Ombudsman yang keberatan untuk menyampaikan paparannya tentang temuan siswa siluman.

Bahkan Kepala Dinas Pendidikan Su­mut, Arsyad Lubis yang duduk disebelah Edu Silaban seakan tidak dihargai para orang­tua siswa yang terus bersuara agar om­­budsman keluar dari pertemuan tersebut.

Melihat kondisi yang mulai ricuh, Kadisdiksu berusaha menenangkan para orangtua. Namun mereka tidak menghiraukan dan terus meringsek maju mendatangi Edu Silaban untuk melakukan pemukulan.

Beruntung hal tersebut berhasil dihalau sejumlah petugas Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu), Polrestabes Medan dan anggota Polisi Pamong Praja (PP). Aparat bertindak cepat menghentikan tindakan bar-bar tersebut.

Bahkan salah seorang orangtua murid mengaku bernama Fitra, berteriak keras meminta agar tim Ombudsman keluar karena dinilai tidak tahu apa-apa. Protes yang disampaikannya itu juga diiringi dengan teriakan para orangtua lainnya, malah ada yang emosional sambil memukul meja sambil mengumpat dengan kata-kata kasar.

Melihat kemarahan para orangtua siswa, dua orang dari tim Ombudsman yang menghadiri pertemuan itu tetap bersikap tenang dengan mendapat pengamanan dari aparat polisi dan satpol PP. Menyadari pertemuan berbuntut ricuh, akhirnya memaksa Kadisdiksu mengakhiri pertemuan tanpa diperoleh penyelesaian dan kembali ke ruangan.

Salah seorang orangtua siswa juga mengaku, dirinya sudah memberikan uang pelicin agar anaknya bisa bersekolah di SMA favorit.

“Udah ku kasi duit sama oknum guru dan Kepsek. Mereka menjamin anakku bisa sekolah asalkan ada duitnya dan masuk kelas berbeda,” terang salah satu orangtua murid kepada wartawan.

Jadi, sambungnya lagi, kalau anakku sekarang mau dikeluarkan macam mana ceritanya. “Duit kami sudah ludes, belum lagi masuk sekolah lain tentu bayar pulak. Ini namanya penipuan. Mana kami tau kalau belakangan jadi begini,” ujarnya dengan nada tinggi. (swisma/isvan)

Close Ads X
Close Ads X