Keberadaan PLTA Batang Toru Tetap Jaga Kelestarian Habitat Orangutan

Media Briefing : Ahli Peneliti Utama di BP2LHK AeK Nauli, Wanda Kuswanda, S.Hut, M.Sc (kiri-kanan), Senior Advisor Lingkungan PT NSHE, Agus Djoko Ismanto Ph.D di acara Media Briefing di Medan, Jumat (22/2).Netty

Medan | Jurnal Asia
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan tidak hanya bermanfaat untuk energi listrik, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat. Namun, Keberadaan PLTA ini tetap menjaga kelestarian flora dan satwa liar seperti orangutan karean telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA).

Senior Advisor Lingkungan PT NSHE, Agus Djoko Ismanto Ph.D mengatakan, kawasan pembangunan PLTA Batang Toru berstatus APL (area bukan kawasan hutan), bukan hutan primer. Hal ini dapat dilihat dari vegetasi yang tumbuh di lokasi didominasi pohon karet dan jenis-jenis pohon perkebunan lainnya.

“Walaupun berada di APL, kami sangat menyadari kelestarian kawasan Batang Toru adalah elemen penting karena proyek ini memiliki ketergantungan pada keteraturan suplay air dari alam,” katanya di Media Briefing di Medan, Jumat (22/2).

Menurutnya, PLTA Batang Toru berkomitmen untuk menjadi market leader pembangkit listrik tenaga air. Sejak masa persiapan dan pelaksanaan pembangunan, PLTA Batang Toru mengadopsi dan menerapkan standar-standar nasional dan internasional.

Selain memenuhi AMDAL, katanya, pihaknya telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA). Sehingga menjadikan PLTA Batang Toru menjadi PLTA pertama di Indonesia yang melaksanakan Equatorial Principle.

“Jadi dalam hal ini penanganan lingkungan termasuk satwa liar, seperti orangutan di sekitar ke wilayah pembangunan PLTA mengacu juga pada standar ESIA tersebut,” tegasnya.

Ia melanjutkan, selama ini PLTA Batang Toru telah aktif bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder untuk menjaga kelestarian flora dan fauna. PLTA Batang Toru juga turut aktif dan mengikuti arahan Kementerian LHK terutama melalui BBKSDA dalamĀ  memonitor satwa liar seperti orangutan yang masuk ke APL lokasi pembangunan Batang Toru.

“Kita juga membangun jembatan arboreal untuk orangutan menjelajah dari hutan ke APL dan sebaliknya. Serta mendukung pembangunan demplotĀ  pengkayaan pakan orangutan,” tandasnya.

Ahli Peneliti Utama di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) AeK Nauli, Wanda Kuswanda, S.Hut, M.Sc yang telah melakukan riset orangutan di Batang Toru selama 15 tahun, mengatakan hasil penelitiannya menunjukkan APL kawasan Batang Toru bukan merupakan habitat utama orangutan. .

Hal ini berdasarkan hasil analisis populasi penemuan sarang dan sebaran pakan yang lebih banyak pada hutan konservasi maupun hutan lindung. Rendahnya orangutan di APL karena kawasan ini telah banyak berubah menjadi lahan perkebunan, pertanian, dan pemukiman masyarakat Tapanuli sejak ratusan tahun yang lalu.

“Berdasarkan hasil pengamatan dan yang pernah saya lihat langsung, orangutan di sana sudah banyak yang hidup di ketinggian 600-900 meter,” kata Wanda.

Jadi dalam hal ini, tambahnya, pemberdayaan stakeholder yang ada di sana menjadi berperan penting untuk menjaga kelestarian satwa liar termasuk orangutan di dalamnya.(nty)

Close Ads X
Close Ads X