Karya Seni Mural Akan Percantik Kota Medan


Medan – Sepuluh seniman dari ber­bagai negara yang akan ber­sa­ma-sama membuat karya seni mural di beberapa titik di Kota Medan. Seorang diantara seniman visual itu, yakni Ernest Zacharevic.

Seniman asal Lithuania ini telah menggoreskan hasil kar­yanya di Jalan Perdana Me­dan. Mu­ral bergambar be­cak bermo­tor (betor) dengan beberapa anak dan seekor orang utan di atas terpal becak itu, sudah menjadi objek foto di kawasan itu dalam kurun waktu dua hari belakangan ini.

Muraladalah lukisan beru­kuran besar yang dibuat pada dinding, langit-langit atau bi­dang datar lainnya. Mural da­pat diartikan sebagai cara meng­gambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya.

Ditemui pada acara Project Visual Art ‘Splash and Burn’ digelar Orangutan Information Centre (OIC) di Medan, Kamis (23/2), Ernest menuturkan diri­nya sudah jatuh cinta dengan lukisan sejak masih anak-anak.

Diungkapkannya, selama beberapa tahun tinggal di Pe­nang, Malaysia, ia meng­hasilkan sejumlah karya seni mural di berbagai lokasi di Penang, salah satunya di George Town.

Melalui karya-karya seni mu­ralnya itu, ia berhasil dikenal masyarakat luas di dunia inter­nasional dan mendapat berbagai un­dangan untuk berkeliling dunia. Sebab, hasil karyanya menjadi viral di berbagai media.

Pria muda ini menuturkan, dirinya pernah diundang untuk berkunjung ke Kuching, Malaysia berkat karya seni muralnya yang kian dikenal. Disana ia mengenal spesies orangutan. Sejak kunjungannya itu, ia mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang orangutan, konservasinya, dan lainnya.

Dia pun tertarik membuat mural dengan orangutan sebagai objeknya yakni di salah satu dinding di kawasan Kuching. Kemudian terlintas di benaknya untuk membuat proyek dan akhirnya memutuskan untuk membuat kampanye seni publik (Asian Tour) bertajuk ‘Splash and Burn’ ini.

“Medan merupakan kota per­tama yang saya kunjungi di Asia,” katanya.

Proyek itu, kata Ernest, akan mengkolaborasikan 10 seniman dari berbagai negara yang akan bersama-sama membuat karya seni mural di beberapa titik di Kota Medan. Proyek itu telah dimulai sejak awal Februari dan akan berakhir pada April mendatang.

Ia berharap mural-mural yang dihasilkan nantinya da­pat dijadikan sebagai media pencerahan masyarakat tentang pentingnya melestarikan alam sehingga lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

Sementara, Direktur Orang­utan Information Centre (OIC), Panut Hadisiswoyo menuturkan, ia sangat mengapresiasi inisiatif Ernest untuk bekerjasama de­ngan pihaknya dimana karya yang dihasilkan Ernest sesuai dengan visi misi OIC yakni menyadarkan masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, hutan serta orangutan khusus­nya orangutan Sumatera.

“Medan sangat memb­utuh­­kan nuansa yang berorientasi ke­pa­da penyelamatan lingku­ngan. Kita tidak terlepas dari alam dan lingkungan,” katanya.

Namun, Ernest telah men­jem­batani itu melalui ha­sil karya muralnya yang ber­te­ma lingkungan. Ini bagian dari edukasi sebagai upaya pe­nyadaran untuk membuat hu­bu­ngan manusia dengan alam lebih dekat.

Diungkapkannya, ke de­pan, pihaknya akan terus meng­kampanyekan perlindungan ekosistem dan konservasi hutan serta orangutan melalui berbagai media. Termasuk kampanye melalui seni mural.

Perwakilan dari Sumatran Orangutan Society (SOS) Fabien Garnier menuturkan, pihaknya turut mendukung proyek yang tengah digarap Ernest dan ka­wan-kawan. Apalagi proyek itu fokus pada lingkungan hidup dan orangutan.

“Diharapkan dengan adanya proyek ini dapat memotivasi masyarakat agar mencintai lingkungan dan membawa ma­nusia lebih dekat dengan alam. Tentunya melalui pesan yang tersirat dari mural-mural yang dihasilkan,” ujarnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Medan, Rusmin Lawin mengatakan, seni mural dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan pariwisata Kota Medan. Ia optimis mural-mural yang dihasilkan oleh Ernest dan seniman lainnya ke depan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Medan.

“Keberadaan seni mural ini pun dapat mendorong anak-anak muda di Kota Medan menjadi lebih kreatif dan menginspirasi mereka untuk melakukan hal-hal positif serta menginisiasi warga lokal untuk menciptakan karya seni. Sebab, seni merupakan bahasa yang universal,” se­butnya.

Keberadaan seni mural di Kota Medan, imbuhnya, dapat memberi suasana baru. Kota Medan tak cukup hanya dengan kekayaan kuliner saja. Orang-orang bisa menjadi bosan dan tidak menutup kemungkinan lama-kelamaan akan diting­galkan.

“Jika benar apa yang di­katakan Ernest bahwa ia jatuh cinta kepada Kota Medan, ke depan kita akan dorong untuk mengadakan workshop mural. Sehingga Ernest dan seniman lainnya dapat memberikan ilmu mereka kepada anak-anak muda maupun warga Kota Medan,” katanya.
(swisma)

Close Ads X
Close Ads X