Hari Pertama Sekolah Tercoreng | Gerbang Sempat Digembok, Ratusan Siswa Diguyur Hujan

gembok
Medan – Program Mendikbud agar orang tua mengantarkan anak masuk sekolah di hari pertama, nyaris tak bisa dilaksanakan Yayasan Sekolah Nasional Plus Cinta Budaya, di kawasan Jalan Melati Komplek MMTC Medan Estate Deli Serdang, Senin (18/7) pagi.

Pasalnya, pintu gerbang utama sekolah digembok mantan Panglima Kodam I/BB Mayjen (Purn) Burhanuddin Siagian, yang bersengketa dengan pihak Yayasan Sekolah tersebut. Konflik kepemilikan lahan itu mencuat semenjak beberapa bulan lalu, dimana pihak Burhanuddin Siagian melakukan pemasangan plang dipagar masuk dan didepan sekolah bertuliskan Tanah Ini Milik Mayjend TNI Purn Burhanuddin Sia­gian, dengan pelarangan memasuki tanpa seizin pemiliknya. Kisruh ber­lanjut karena kedua pihak masing-ma­sing merasa memiliki alas hak atas lahan tersebut.

Aksi gembok ini mengakibatkan ri­buan pelajar dari tingkatan TK, SD, SMP dan SMU tertahan tidak bisa masuk di gerbang utama gedung se­kolah. Begitu juga para orang tua mu­rid yang mengantarkan anaknya ha­­rus bertahan dalam guyuran hujan.

Karena tidak bisa masuk, seluruh pe­lajar berusaha menerobos pa­gar dan berusaha membongkar gem­bok yang terpasang, dengan mene­­riakkan Yel yel. “Kami ingin masuk sekolah dan belajar”.
Sementara aparat kepolisian dari Polresta Medan dipimpin Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin, se­jumlah aparat Poldasu serta se­jumlah anggota Brimondasu dan Kapolsek Percut Sei Tuan tampak berjaga-jaga di depan areal sekolah.

Penggembokan pagar ber­lang­­sung dari pukul 07.00 Wib itu ber­­akhir sekitar 45 menit, setelah Ka­­poldasu Irjen Budi Winarso mela­kukan mediasi kepada kedua belah pihak menghadirkan Mayjen (Purn) Bur­­hanuddin Siagian dan yang me­wakili pihak Yayasan sekolah, yaitu Ha­rianto (Akok) serta Kepsek SD Agiok. Setelah melakukan dialog, akhir­nya gembok pagar sekolah di­buka dan semua pelajar diper­bo­lehkan ma­­suk.

Kapoldasu Irjen Budi Winarso pada kesempatan itu berjanji dalam waktu dekat, akan menjembatani konflik kepemilikan lahan antara kedua pihak untuk melakukan pertemuan bersama, mencari solusi terbaik agar terjadi kesepakatan hingga persoalan ini bisa selesai, sebab sangat mengganggu kelancaran dunia pendidikan.

Mantan Pangdam I BB Mayjen (Purn) Burhanuddin Siagian kepada wartawan mengaku, tanah yang disengketakan itu miliknya. “Saya ini mantan mayor jendral masak melakukan perbuatan melanggar hukum,” katanya.

Ia mengatakan, tidak punya maksud menghalangi murid untuk sekolah. Gerbang digembok untuk melindungi tanah miliknya karena tidak ada itikad baik dari yayasan. “Saya sayang anak-anak, dan saya pernah jadi tenaga pendidik di TNI selama 15 tahun,” tandasnya lagi.

Sedangkan Wakil Ketua Yayasan Harianto dalam keterangan singkatnya mengungkapkan rasa terima kasih Kapoldasu dan Kapolresta Medan sehingga anak-anak sudah bisa kembali mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah. “Terima kasih anak-anak bisa kembali sekolah. Saya tidak mau komentar soal konflik lahan ini,” katanya.

Ada Tradisi Tantingan Jawa
Di lokasi terpisah, dari pantauan Jurnal Asia di SD Negeri 060809 Jalan Halat Medan. Sejumlah siswa ditemani orangtua memasuki kelas. Seperti yang terjadi setiap tahunnya, ada beberapa siswa menangis saat ditinggal orangtua setelah memasuki ruang kelas. Sedangkan di SMK Negeri Binaan Provsu Jalan Karya Dalam juga berbeda dari tahun sebelumnya.

Di sekolah ini 296 siswa baru disambut tradisi ‘tantingan’ yang mengadopsi budaya Jawa pada masa pengenalan lingkungan sekolah (PLS). Ratusan siswa tersebut dengan diantar para orangtuanya memasuki gerbang bambu. Selanjutnya Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) SMKN Binaan Provinsi Sumatera Utara (Provsu) August Sinaga SPd SST MAP menggunting pita disambut guru-guru yang berbaris menanti kehadiran peserta didik di depan pintu.

Pada budaya tantingan sebagai acara selamatan itu, para siswa memasuki ruangan dengan berjalan di bawah lorong dari bambu yang dihiasi aneka warna kertas pita dan balon saat memasuki ruangan.

Menurut August, dalam penerimaan siswa baru, SMKN Provsu mempersiapkan generasi emas menghadapi globalisasi melalui pendidikan budi pekerti. Pasalnya untuk menghadapi 100 tahun generasi emas, bonus demokrafis di 2040 mendatang dikhawatirkan tingginya angka pengangguran terbuka lulusan sekolah dan sarjana.

Karena itu, SMKN Binaan Provsu sudah mencanangkan pendidikan vokasi yang kreatif, inovatif dan produktif dengan menanamkan pendidikan budi pekerti sehingga siswanya bangga menjadi warga negara Indonesia (WNI).

Budaya akademik yang diciptakan ini diharapkan agar para siswa baru lebih dekat dan mengenal langsung guru dan pimpinan sekolahnya. Program masa PLS ini dilaksanakan sepenuhnya oleh sekolah selaku panitia melibatkan guru dengan melakukan pengenalan berbagai aktifitas lingkungan di sekolah.

Misalnya, tata cara belajar di sekolah, struktur dan mekanisme proses belajar, atau materi yang berhubungan dengan pengembangan yang akan dihadapi siswa baru. Dilanjutkan penyuluhan seperti ceramah tentang bahaya penggunaan narkoba dan kewirausahaan, latihan dasar kepemimpinan serta latihan bela negara dan baris berbaris dengan melibatkan sejumlah narasumber.

“Kegiatan akan diakhir dengan outbound dengan tujuan untuk menjalin kebersamaan antara para siswa dengan guru, sehingga terbina keakraban,” ungkap August Sinaga seraya menyatakan, kegiatan PLS ini dilaksanakan selama 6 hari. (swisma/isvan/mag-05)

Close Ads X
Close Ads X