Gerakan Boemi Poetra Dideklarasikan

Medan | Jurnal Asia
Berkaca dari keterpurukan dengan mengedepankan nilai-nilai kebudayaan, puluhan aktivis, budayawan dan jurnalis mendeklarasikan Gerakan Boemi Poetera, bertempat di Taman Makam Pahlawan (TMP), Jalan SM Raja, Medan, Minggu (18/1) siang. Diawali hening cipta untuk mengenang jasa para pahlawan, jurnalis yang juga budayawan, Teja Purnama, kemudian tampil membacakan puisi berjudul “Akulah Medan”.

Lewat puisinya, Teja Purnama mendeskripsiskan betapa Kaum Boemi Poetera terpuruk di tengah kemajuan zaman. Dia juga menyampaikan hilangnya aspek budaya dalam sendi-sendi kehidupan di Kota Medan, dengan ekspresi kesedihan yang berbaur kemarahan. Usai pembacaan puisi, Tengku Zainuddin selaku inisiator tampil menjabarkan ideologi gerakan lewat orasi budaya. Dalam orasinya, aktivis sosial ini menyatakan Kaum Boemi Poetera telah kehilangan rasa percaya diri dan tak mampu unggul dari orang lain.

Lewat Gerakan Boemi Poetera, Tengku Zainuddin ingin mendorong kesadaran kolektif untuk bangkit dari keterpurukan, karena adanya rasa senasib dan sepenanggungan. Zainuddin yakin Gerakan Boemi Poetera akan membumi di seluruh penjuru negeri dalam waktu dekat.

“Kita mendengar keluh kesah kaum Boemi Poetera atas keterpurukan yang terjadi. Di setiap sendi-sendi kehidupan kita merasa tertindas, kebudayaan kita dirampas dan dilenyapkan. Secara ekonomi, kita dijajah oleh pihak asing. Sampai sekarang belum terlihat ada diantara kita yang mau tampil berbuat. Hari ini (kemarin,red) kita mendeklarasikan tekad untuk bangkit,” tegasnya. Koordinator Perhelatan Deklarasi, Indra Gunawan menjelaskan, Gerakan Boemi Poetera adalah gerakan moral. “Gerakan ini merupakan gerakan bersama dengan ide sebagai lokomotifnya,” kata Indra.

Indra, yang berprofesi sebagai jurnalis ini menyebut, gerakan ini bukanlah sebuah gerakan yang bersifat rasis dan tanpa kekerasan fisik sama sekali. Gerakan Boemi Poetera akan dijalankan lewat pola-pola akademik dengan mengedepankan nilai-nilai kebudayaan negeri ini.

Dia ingin, target gerakan ini bermuara pada perbaikan sistem pendidikan, hukum dan ketatanegaraan yang menopang daya saing Boemi Poetera. “Leluhur kita telah mewariskan kebudayaan yang mengandung nilai-nilai kebaikan tak terbantahkan. Hanya, arus informasi global telah mengakibatkan generasi Boemi Poetera menjadi generasi penghayal dan berjiwa adaptif. Untuk itu, kita harus bangkit,” pungkas Indra. Sekadar informasi, deklarasi bertajuk “Dari Medan untuk Indonesia” ini dihelat sederhana, tanpa panggung dan pengeras suara di pelataran TMP.

Sejumlah aktivis, budayawan dan jurnalis tampak hadir, diantaranya mantan Ketua Badko Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumut, Robert Situmorang, mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Medan, Darma Lubis dan Ketua Ikatan Mahasiswa Boemi Poetera, Rony Dermawan. (ial)

Close Ads X
Close Ads X