Medan | Jurnal Asia
Gelaran Festival Danau Toba (FDT) 2015 bisa dipastikan tidak akan lebih baik dari gelaran-gelaran sebelumnya. Bahkan perhelatan ajang mempromosikan budaya dan destinasi wisata terbaik di Sumatera Utara ini terkesan dipaksakan.
Hal ini sudah terlihat dengan tidak siapnya pemerintah kabupaten/kota untuk bertindak sebagai tuan rumah. Alasannya bahkan sangat miris, yakni tidak memiliki anggaran untuk menyelenggarakannya. Alhasil, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terpaksa mengambilalih pelaksanaannya.
Hal ini mengakibatkan jadwal penyelenggaraan Festival Danau Toba 2015 diundur. Awalnya perhelatan ini akan digelar pada bulan September lalu, namun karena berbagai permasalahan yang membelit, festival yang menjadi ikon pariwisata Sumatera Utara akhirnya akan digelar pada 19 hingga 22 November. Pemkab Karo pun ditunjuk sebagai tuan rumahnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Elisa Marbun, saat konferensi pers terkait Festival Danau Toba 2015 ini tak menampik kalau gelaran ini memiliki kesan dipaksakan. “Kalau dibilang dipaksakan memang ke situlah, tapi ini kan karena evennya sudah terjadwal di Kementerian Pariwisata, makanya kita pemerintah daerah mau nggak mau harus siap karena Menpar meminta event ini tidak bisa ditunda,” ujar Elisa di Medan, Senin (16/11).
Elisa mengungkapkan, untuk Festival Danau Toba 2015 ini sudah ada dana sebesar Rp2 miliar yang berasal dari Pemprovsu ditambah dari Kementerian Pariwisata sebesar Rp1,4 miliar.
“Jadwal pelaksanaannya diundur karena kabupaten/kota tidak siap. Awalnya Samosir yang menjadi tuan rumah, namun mereka tidak memiliki anggaran sehingga mundur. Kemudian ditawarkan ke kabupaten/kota lain, juga menolak. Kemudian Tanah Karo bersedia menjadi tuan rumah, namun mereka menegaskan tidak memiliki anggaran untuk itu. Jadi akhirnya Pemprovsu yang menjadi pelaksananya. Hal inilah yang membuat persiapannya buru-buru,” ujar Elisa di Medan, Senin (16/11).
Oleh karena itulah, kata Elisa pihaknya tetap menyelenggarakan FDT dengan kemampuan terbatas. “Makanya tahun depan kita harapkan FDT ini tidak lagi asal jadi,” terang Elisa.
Elisa juga mengakui kalau sosialisasi yang dilakukan pihaknya terkesan minim. “Makanya untuk even tahun depan sudah kita siapkan promosinya, bahkan sudah ada beberapa bilboard yang sudah kita sewa tahun depan untuk melakukan promosi, mudah-mudahan tahun depan bisa lebih baik,” ujar Elisa lagi.
Begitupun, Elisa tetap optimis FDT 2015 kali ini berjalan sukses. Ia berharap event ini dapat menjadi festival internasional bercitra kuat dan diakui dunia sebagai destinasi berbasis geopark yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
“Oleh karena itu kita akan fokus pada pelestarian alam dan kreatifitas budaya masyarakat sekitar Danau Toba serta pemberdayaan masyarakat agar kesejahteraannya meningkat,” ujar Elisa.
Tak berbeda jauh dengan gelaran sebelumnya, penyelenggaraan FDT 2015 tetap akan disemarakkan dengan berbagai kegiatan berupa atraksi seni budaya dan wisata olahraga (sport tourism) diantaranya karnaval ulos, geopark karnaval, upacara tradisi, lomba solu bolon, vocal solo dan paduan suara, lomba renang rakyat, lomba bina raga, lomba fotografi FDT, pameran, fashion show etnic, seminar, serta hiburan lainnya.
Pada FDT kali ini pun masih minus kegiatan multi event bertaraf internasional seperti balap sepeda, para layang, jet boat racing atau sport event lainnya yang sebenarnya lebih menjual.
FDT 2015 sendiri merupakan event wisata tahunan yang digelar untuk ketiga kalinya. FDT adalah nama pengganti dari Pesta Danau Toba (PDT) yang telah berlangsung sejak 1982. Pada mulanya PDT sebuah event lokal yang diselenggarakan sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas keberadaan Danau Toba, yang berperan penting bagi kehidupan suku Batak yang tinggal di pesisir Danau Toba.
Target Turis
FDT akan dibuka pada 19 November nanti oleh Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya. Hingga saat ini lanjut Elisa, Menteri yang sudah bersedia hadir adalah Menteri Pariwisata dan Menko Maritim.
Dikatakannya, even ini diselenggarakan tak lain untuk menarik wisatawan mancanegara yang ditargetkan akan hadir sebanyak 1.000, sedangkan wisatawan nusantara sebanyak 55 ribu. Untuk saat ini daerah lain yang sudah bersedia ikut terlibat yakni Papua, Kalteng, Riau, DKI, Sulawesi juga Sumsel.
“Kalteng sudah bersedia untuk ikut dan menyiapkan tari di hari pertama pembukaan, sedangkan daerah lain ikut dalam pameran pembangunan yang akan kita gelar,” terang Elisa.
Menteri Pariwisata sendiri kata Elisa sebelum membuka FDT, akan terlebih dahulu mengunjungi pengungsi Sinabung. Sedangkan untuk penyelenggaraan di Kabupaten Karo ini, Pemprovsu sebelumnya sudah terlebih dahulu berkoordinasi dengan Pemkab Karo sehingga lokasi penyelenggaraan digelar di
zona aman erupsi. “Karo masih termasuk kawasan Danau Toba makanya kita gelar di Karo sekaligus kita ingin mengangkat wisata Sinabung,” jelas Elisa.
(andri)