Medan – Ribuan nelayan tradisional di Sumatera Utara terpaksa menganggur dan tidak pergi melaut akibat cuaca ekstrem yang terjadi selama beberapa hari terakhir di daerah itu.
“Nelayan kecil tersebut, takut menangkap ikan ke laut, karena ketinggian ombak yang mencapai 3 hingga 4 meter, juga sering terjadi badai,” kata SekretariS DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut Pendi Pohan di Medan, Jumat (24/2).
Daerah yang mengalami cuaca buruk itu, menurut dia, adalah Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Batubara, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. “Ombak yang cukup besar dan tidak bersahabat itu dapat menenggelamkan dan menghanyutkan kapal nelayan tradisional yang nekad pergi menangkap ikan ke laut,” ujar Pendi.
Ia menyebutkan, selama nelayan tidak pergi melaut, mereka tidak mempunyai kegiatan apa-apa, selain hanya memperbaiki jaring penangkap ikan yang dalam keadaan rusak.
Kehidupan nelayan tersebut benar-benar sangat memprihatinkan dan tidak mempunyai uang, serta terpaksa harus meminjam kepada tetangga untuk biaya menafkahi keluarga. “Kapal ikan`yang takut turun ke laut umumnya dibawah 10 gross ton (GT), yakni nelayan pemancing dan beberapa nelayan penangkap ikan lainnya,” ucapnya.
Ia menyebutkan, memang sebagian nelayan ada yang berani pergi melaut, karena kapal mereka cukup besar dan mencapai diatas 20 GT sehingga bisa mengatasi ombak yang cukup besar. Namun, kapal berkekuatan hanya 10 GT ke bawah terpaksa harus mengalah, dan tidak berani mengambil risiko pergi menangkap ikan ke laut.
“Sampai saat ini ribuan nelayan kecil di Pantau Barat dan Timur masih menunggu cuaca di laut agar kembali seperti semula,” kata mantan Ketua DPC HNSI Kota Medan itu.
Data yang diperoleh dari Pengurus DPD HNSI Sumut, jumlah nelayan di Sumatera Utara saat ini diperkirakan sekitar 340 ribu orang. Sedangkan nelayan di Kabupaten Deli Serdang 35.000 orang, Kota Medan sebanyak 23.000 orang, dan Kabupaten Tapanuli Tengah 13.000 orang. (ant)