Berharap Berkah Perayaan Waisak | 82 Napi di Sumut Dapat Remisi

Sejumlah Bhiksu melakukan pradaksina atau mengelilingi candi membawa Api Dharma dengan obor yang diambil dari Api abadi Mrapen Kabupaten Grobogan saat prosesi penyemayaman Api Dharma Waisak 2016 di Candi Mendut, Mungkit, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (20/5). Prosesi penyemayaman api abadi merupakan rangkaian dari ritual menjelang hari raya Waisak 2560BE/2016.ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/ama/16
Sejumlah Bhiksu melakukan pradaksina atau mengelilingi candi membawa Api Dharma dengan obor yang diambil dari Api abadi Mrapen Kabupaten Grobogan saat prosesi penyemayaman Api Dharma Waisak 2016 di Candi Mendut, Mungkit, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (20/5). Prosesi penyemayaman api abadi merupakan rangkaian dari ritual menjelang hari raya Waisak 2560BE/2016.ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/ama/16

Medan | Jurnal Asia
Para bhiksu dan umat Buddha melakukan upacara Siripada berupa melarung lampion di Sungai Progo, di kawasan Candi Borobudur Kabu­paten Magelang, Jawa Tengah, Jumat malam (20/5). Upacara dalam rangkaian pe­ra­yaan Waisak 2016 itu dimulai setelah mereka menyemayamkan air berkah dan api dharma Waisak di Candi Mendut, sekitar 3 kilometer ti­mur Candi Borobudur.

Para bhiksu dan umat Buddha dari berbagai ma­­jelis agama Buddha Perwakilan Umat Buddha Indonesia, berjalan kaki sejauh 2 kilometer dari Candi Mendut menuju Sungai Progo di Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur untuk men­ja­lani upacara itu.

Setiap umat dan bhiksu membawa lampion dari lilin yang diletakkan di papan kecil dengan hiasan anyaman janur ditaburi bunga mawar untuk dilarung di tempat tersebut. Sekitar 1.000 lampion dilarung pada upacara yang juga disaksikan puluhan warga umum sekitar Candi Borobudur.

Pada kesempatan itu, mereka ju­ga melepas sekitar 2.000 bibit ikan sebagai upaya untuk menjaga eko­sistem sungai tersebut. Berbagai tem­pat di sekitar sungai setempat juga tampak semarak oleh instalasi lam­pion yang dibuat dari pelepah pisang.

Kelompok musik gamelan uyon-uyon “Cahyo Kumoro Raras” Dusun Janan, Desa Borobudur yang terdiri atas lima personel mengiringi sua­sana upacara dengan tabuhan slentho, gender, kendang, dan siter, serta tembang-tembang Jawa. Me­reka adalah Martono, Ambar, Yanto, Widi, dan Simon.

Pembina Sangha Theravada Dha­maduta Thailand untuk Indonesia Bhiksu Prakru Bhaidika Bodithera me­mimpin prosesi dan upacara yang terkesan semarak tersebut. Upacara tersebut, ujarnya, wujud penghormatan terhadap telapak kaki Sang Buddha Gautama di salah satu kota.

Selain itu, katanya, simbol umat melepaskan niat dan harapan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik pada masa mendatang, setelah perayaan Tri Suci Waisak. “Melepas niat dan harapan di tahun-tahun yang akan datang, kesehatan, rejeki yang cukup, panjang umur. Dengan ngelarung (melarung, red.) ini juga menjadi simbol harapan agar kehidupan umat dan semua makhluk di dunia terbebas dari segala bencana,” ujarnya.

Puncak Waisak 2016 jatuh pada Minggu (22/5) sekitar pukul 04.00 WIB, antara lain ditandai dengan meditasi detik-detik Waisak di pelataran Candi Borobudur, pradaksina, dan pelepasan ribuan lampion di halaman bangunan warisan budaya dunia itu.

Pada Sabtu (21/5) umat Buddha melakukan kirab dari Candi Mendut menuju Candi Agung Borobudur dengan membawa berbagai sarana pujabakti, antara lain air berkah, api dharma, dan kitab Tripitaka.

Menurut rencana, acara seremonial perayaan Waisak 2016 di Candi Borobudur pada Sabtu (21/5) malam dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tri Suci Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha, yakni kelahiran Sidharta Gautama, Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, dan wafat Buddha Gautama.

82 Napi di Sumut Dapat Remisi
Sementara itu, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara memberikan remisi khusus pada perayaan Hari Raya Waisak tahun 2016 kepada 82 narapidana (Napi). Dari 82 napi, satu napi langsung mendapatkan remisi bebas.

“Pada Waisak tahun ini, ada 82 napi yang mendapatkan remisi dari Kemenkuham Sumut. Satu orang napi langsung bebas,” ungkap Humas Kemenkuham Sumut, Josua Ginting kepada Wartawan, Jum’at (20/5) siang.

Dia menjelaskan satu orang wargabinaan binaan yang mendapatkan remisi bebas dari napi yang menghuni rumah tahanan (rutan) kelas IA Tanjung Gusta Medan.”Pada hari Minggu (22/5) akan diberikan remisinya semuanya. Termasuk remisi bebas di Rutan Tanjung Gusta Medan,” jelasnya.

Remisi diberikan dengan pemotongan masa tahanan 15 hari hingga 60 hari potong masa tahanan warga binaan tersebut. Setelah disesuaikan dengan jumlah hukuman para napi yang mendapat remisi.

“Remisi pemotongan masa tahan 15 hari diterima 28 orang napi. pemotongan masa tahan 1 bulan 49 orang, pemotongan masa tahan 45 hari diterima 3 orang dan pemotongan masa tahan 60 hari diterima 1 orang. Kemudian, remisi bebas 1 orang,” urai Josua.

Josua juga menjelaskan remisi juga diberikan kepada terpidana khusus, yang diatur dalam peraturan pemerintah (PP) nomor 28 dan PP 29. Yang mendapatkan remisi sesuai dengan PP 28 dan PP 99 sebanyak 37 orang dari 82 napi yang mendapat remisi. “Jadi, dari 82 orang mendapat remisi itu. Napi kasus pidana umum mendapat remisi 45 orang. Sedangkan, napi kasus pidana khusus 37 orang,” jelasnya.

Dia menambahkan saat ini, seluruh lapas dan rutan di Sumut dihuni 23.313 orang.”Dengan rincian Napi pria 13.554 orang dan Napi wanita berjumlah 8.623 orang. Sedangkan, tahanan pria 8.623 orang dan tahanan wanita 433 orang,” tandasnya (mag-08/ant)

Close Ads X
Close Ads X