Tiongkok Harap Kaga Tak Kembalikan Militerisme Jepang

Beijing – Tiongkok pada Kamis menyatakan mengharapkan peresmian penugasan kapal induk helikopter terbesar ke­­dua Jepang, Kaga, tidak berarti pengembalian negara tersebut ke sejarah militeristik masa lampau.

Kaga, bersama kapal induk helikop­­­ter pertama Jepang, Izumo, memberikan kemampuan lebih besar kepada militer Jepang untuk menerjunkan pasukannya di luar daratannya demi menekan pengaruh Tiongkok di Asia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying mengatakan bahwa dalam beberapa tahun bela­kangan, Jepang membesar-besarkan pandangan “ancaman Tiongkok” se­­bagai alasan untuk memperluas ke­­mam­­puan militernya.

“Saya juga ingin mengatakan bahwa Kaga tenggelam oleh militer Amerika Serikat di Perang Dunia Kedua. Jepang harus belajar pada sejarah,” kata Hua pada jumpa pers harian.

Sebelum digunakan oleh kapal induk helikopter jauh lebih moderen, nama Kaga digunakan Angkatan Laut Kerajaan Jepang pada salah satu kapal induk, yang terlibat dalam Perang Dunia II.

Kapal Induk tersebut terlibat dalam penyerangan ke pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbour di Hawaii pada bulan Desember 1941 dan akhirnya ditenggelamkan oleh pasukan Amerika bersama tiga kapal induk Jepang lainnya dalam Pertempuran Laut Midway di bulan Juni 1942.

“Kami berharap kembalinya Kaga tidak menjadi awal dari terbakarnya kembali abu militerisme Jepang,” tutur Hua menambahkan.

Dua kapal perang terbesar Jepang sejak Perang Dunia II itu merupakan lambang kuat penekanan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk memberikan peran internasional yang lebih besar bagi militernya.

Kedua kapal induk tersebut di­daulat sebagai Perusak Helikopter berkode lambung DDH untuk menjaga batas-batas konstitusi Jepang yang menyangkal tujuan perang dan di dalamnya melarang kepemilikan senjata berkemampuan menyerang.

Dalam konstitusinya, Jepang juga membatasi pengeluaran belanja perta­hanannya tidak lebih dari satu persen dari PDB setiap tahunnya.

Hubungan Tiongkok dangan Jepang, negara ekonomi terbesar kedua dan ketiga dunia, terganggu sengketa wilayah atas sekelompok kecil pulau di Laut Tiongkok Timur dan warisan serbuan Jepang pada masa perang itu. (ant)

Close Ads X
Close Ads X