Terkait Korea Utara, AS dan Jepang Sepakat Bekerjasama

Tokyo – Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Senin (24/4), mengatakan sepakat selalu menjaga hubungan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait Korea Utara, dengan menuntut Pyongyang menahan diri seiring dengan peningkatan ketegangan di wila­yah tersebut.

Abe mengatakan kepada war­­tawan setelah berbicara melalui telepon dengan Trump bahwa dia menghargai sikap pemimpin Amerika Serikat itu untuk me­nun­jukkan bahwa banyak pilihan ketika berhadapan dengan Korea Utara.

Ketegangan meningkat ta­jam seiring dengan kemajuan program nuklir dan peluru ken­­dali Korea Utara. Amerika Se­­rikat memerintahkan kapal in­duk USS Carl Vinson berlayar ke semenanjung Korea, yang mendorong Pyongyang me­nga­takan bahwa Kore Utara siap me­­nenggelamkan kapal induk tersebut.

Dua kapal perusak Jepang bergabung dengan kapal induk Amerika Serikat sebagai bentuk kesetiakawanan.

Sementara itu Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence sebelumnya memastikan ko­mit­men Washington untuk terus mendukung Jepang dari ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.

Pence tiba di Tokyo pada Selasa setelah mengunjungi Korea Selatan, di mana dia juga menyampaikan dukungan serupa.

Kepada Korea Utara, dia mene­gaskan bahwa era kebijakan “kesabaran strategis” Amerika Serikat terhadap Pyongyang sudah berakhir.

Korea Utara memang rutin meng­ancam akan menghancur­­kan Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Akhir-akhir ini, negara tersebut juga sering melakukan uji coba senjata rudal kendali–yang terbaru pada Ahad.

“Era kesabaran strategis sudah usai. Presiden Donald Trump kini tengah mengupayakan kerja sama dengan Jepang, Korea Selatan, dan semua negara se­kutu di kawasan, serta Tiongkok untuk mencari resolusi damai dan denuklirisasi semenanjung Korea,” kata Pence di Tokyo sebelum makan siang bersama Perdana Menteri Shinzo Abe.

“Kami mengakui bahwa rak­yat Jepang tinggal di tengah provokasi yang terus meluas di sekitar Laut Jepang. Kami 100 persen mendukung anda,” kata dia.

Sebelumnya pada Senin, wakil utusan Korea Utara untuk PBB, Kim In Ryong, menuding Amerika Serikat telah menciptakan “situasi di mana perang nuklir akan terjadi kapan saja,”.

Dia juga menyatakan bahwa pihaknya berhak menggelar uji coba nuklir pada waktu dan di tempat yang diperlukan. Se­mentara itu Wakil Menteri Korea Utara, Han Song-Ryol, kepada BBC, mengungkapkan bahwa uji coba rudal akan rutin dilakukan “setiap pekan, bulan, dan tahun.

Di sisi lain, presiden sementara Korea Selatan, Hwang Kyo-ahn, pada Selasa mengatakan bahwa pihaknya akan memperkuat per­sekutuan dengan Amerika Serikat dan bekerja sama dengan Tiongkok untuk mengurung te­tangganya di utara.

Pada Senin, Pence men­jelaskan bahwa Trump telah menunjukkan komitmen terhadap dunia dengan mengirim serangan rudal ke wilayah Suriah dan men­jatuhkan bom terbesar di du­nia di Afghanistan untuk meng­han­curkan kelompok bersenjata IS.

Pemerintahan Trump sendiri sudah mengingatkan aksi militer akan dipertimbangkan untuk mengatasi persoalan Korea Utara.

Namun demikian, Amerika Serikat mengaku masih me­mu­satkan perhatian pada pem­­­berlakuan sanksi ekonomi lebih te­gas untuk menghindari pe­luasan kon­flik ke kawasan tersebut. (ant)

Close Ads X
Close Ads X