Pyongyang – Korea Utara (Korut) tidak takut dengan ancaman Amerika Serikat (AS) yang menyebut serangan militer pre-emptive terhadap Pyongyang telah jadi opsi di atas meja. Korut membalas ancaman itu dengan penegasan perluasan program nuklirnya sebagai pedang keadilan yang berharga dan dapat diandalkan.
”Jika otoritas pebinis AS berpikir bahwa mereka akan menakut-nakuti (Korut), mereka akan segera tahu bahwa metode mereka tidak akan berhasil,” kata Kementerian Luar Negeri Korut yang dipublikasikan kantor berita KCNA, hari Selasa (21/3).
“Rezim (Korut) memiliki kemauan dan kemampuan untuk sepenuhnya menanggapi setiap perang yang ingin disulut AS,” lanjut KCNA. ”AS harus menghadapi situasi dengan mata terbuka lebar.”
Pernyataan itu muncul setelah pemimpin Korut Kim Jong-un mengumumkan keberhasilan uji coba mesin rudal balistik antarbenua pada hari Sabtu lalu.
”Dunia akan segera menyaksikan apa makna kejadian uji mesin pendorong rudal,” imbuh laporan media Korut itu.”Kekuatan nuklir (Korut) adalah pedang keadilan yang berharga dan pencegah perang yang paling dapat diandalkan.”
Dalam editorialnya, KCNA menuduh CIA melakukan perang cyber. ”AS adalah dinasti peretas dan negara nakal terburuk yang membungkuk untuk setiap (tingkat) untuk mewujudkan ambisinya guna menguasai dunia,” bunyi editorial tersebut.
Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Hayley mengatakan Korut adalah ancaman nomor satu terhadap AS. Aksi militer, kata dia, adalah pilihan jika tidak ada kerjasama.
Komentar itu digemakan oleh mantan Menteri Pertahanan AS William Cohen kepada CNBC. ”Eskalasi militer Korut adalah masalah yang paling berbahaya yang telah kita hadapi saat ini,” ujarnya.
Uji Coba Rudal Gagal
Militer Korea Selatan (Korsel) membenarkan jika negara tetangganya, Korea Utara (Korut) telah melakukan uji coba rudal pada Rabu (22/3) pagi. Namun, kata militer Korsel, uji coba itu berujung pada kegagalan.
Kantor berita Yonhap mengatakan mengutip militer Korsel menyatakan bahwa Korsel dan AS telah mengetahui masalah terkait. Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas laporan bahwa Korut menembakkan sejumlah rudal dari Wonsan di pantai timurnya seperti dikutip dari Xinhua.
Meski begitu, hingga saat ini, belum diketahui berapa banyak jumlah rudal yang diluncurkan atau rudal jenis apa yang sedang diuji coba seperti dikutip dari BBC.
Korut telah dilarang melakukan uji coba rudal dan nuklir oleh PBB. Namun, telah meningkatkan frekuensi uji coba rudalnya dan para ahli mengatakan hal ini menunjukkan kemajuan teknologi rudal dari negara komunis yang tertutup itu.
Awal bulan ini, Korut menembakkan empat rudal yang terbang sekitar 1.000 km dan mendarat di perairan Jepang. Tes tersebut dipandang sebagai respon terhadap latihan militer tahunan Amerikas (AS)-Korsel yang dipandang sebagai persiapan menyerangnya. (snc)