Medan – Perkumpulan BSS (Bukan Siapa Siapa) menggelar Dhamma Talk The Fantastic 4 di Paramount dengan nara sumber Y.M.Bhikkhu Sanghasena, pemimpin dari Maha Bodhi Buddhist Centre. Event yang dihadiri ribuan umat dari Medan dihelat Minggu (23/4).
Ketua Panitia Acara Kelvin Ongko mengatakan, tujuan acara ini untuk menggalang bantuan bagi pengembangan infra struktur kemanusiaan seperti poliklinik, meditation centre, Dhamma centre dibawah naungan Yayasan Buddha Indonesia yang tersebar diberbagai pelosok. Sekaligus juga mendukung pengembangan Kammathana centre dan Maha Bodhi Centre di bawah naungan Y.M.Bhikkhu Sanghasena.
Sementara, mengawali presentasinya Paul Getty dan Thamrin Yati menjelaskan, visi yang baik dari sebuah Yayasan adalah memiliki tujuan, arah dan struktur yang baik. Sebab tanpa semua itu semua itu akan menjadi resiko dimasa akan datang, ketulusan juga harus di ikuti dengan kejelasan hukum dan administrasi.
Letkol Kavaleri Sudrajat Dirgahayu menyampaikan, program yang berlandaskan bakti pada Yang Maha Esa ini adalah program yang luhur. Terlebih, para pelakunya begitu eling dan rendah hati tanpa menonjolkan ego, perjuangan yang ditujukan pada masyarakat banyak, peduli, empati dan mengayomi tentu menjadi panggilan bagi umat manusia.
“Tujuan hidup kita sama, yang terakhir kembali ke Maha Pencipta. Kita bukan siapa-siapa, karena kita milik Tuhan yang Maha Esa, mari kita bergandeng tangan untuk menuju yang lebih baik lagi,” katanya.
Y.M.Bhikkhu Sanghasena dalam Dhamma Talk mengatakan, hidup ini di liputi Dukha. Mereka yang menyadari adanya hukum kenyataan berupa Dukha, jalan menuju lenyapnya dukha dan teratasinya dukha adalah tujuan tertinggi dari seluruh mahluk hidup.
“Tetapi di dalam praktiknya kita harus saling peduli pada umat manusia.
Walau setiap insan mewarisi karma masing-masing adalah baik menghadapi karma dengan saling menguatkan, menunjukkan kepedulian sekaligus sebuah pesan kepada setiap insan bahwa hidup penuh penderitaan kita harus mengikis dengan sifat-sifat luhur berupa cinta kasih,” tuturnya.
Y.M.Bhikkhu Sanghasena melanjutkan, usaha kita menghadapi Dukha harus dilandasi dengan landasan brahma Vihara yang kokoh. Ketika kita sendiri merasakan penderitaan kita berharap mendapatkan solusi secepatnya, demikian juga dengan mahluk lain, apakah kita peduli atau hanya sekedar melihat diri sendiri? Apakah kita saling menguatkan, bagaimana kita menguatkan sesama?
“Mereka harus diberi tahu tentang proses hukum kesunyataan, setelah tahu mereka akan memahami, tetapi penting dalam pemahaman harus di ikuti pula dengan praktik dari yang ringan-ringan dulu berupa “Peduli”,” tandasnya.
Handaka Vijjananda selaku moderator menyimpulkan bahwa intisari penjelasan dari Y.M.Bhante Sanghasena adalah pentingnya kesadaran, walau dalam bahasa Inggrsi yang lugas, semua itu dapat dipahami berkat terjemahan dari Tasfan Santacitta. (netty)