Pejabat AS: Tiongkok Selesaikan Bangunan Penyimpanan Rudal di LTS

Washington – Tiongkok hampir menyelesaikan sejumlah bangunan di pulau buatannya di Laut Tiongkok Selatan (LTS), yang tampak mampu menyimpan peluru kendali darat-ke-udara jarak jauh, kata dua pejabat AS kepada Reuters. Perkembangan itu diperkirakan memicu pertanyaan terkait cara AS menanggapinya.

Tiongkok mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan, yang menjadi jalur sepertiga perjalanan laut di dunia. Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki pengakuan tumpang tindih atas laut itu. Pemerintahan Trump menyebut pembangunan pulau Tiongkok di wilayah itu tidak sah.

Pembangunan sejumlah bangunan beton dengan atap di karang Subi, Mischief dan Fiery Cross, bagian dari Kepulauan Spratly, dapat dianggap sebagai peningkatan kemiliteran, kata pejabat AS tanpa menyebutkan namanya.

“Itu tidak tampak seperti Tiongkok sekedar membangun di Laut Tiongkok Selatan, struktur-struktur itu mirip sesuatu yang dapat menyimpan SAM, jadi kesimpulan logisnya adalah itu yang mereka lakukan,” kata pejabat intelijen AS.

Pejabat lain mengatakan bangunan itu tampak sepanjang 20 meter dan setinggi sepuluh meter. Juru bicara Pentagon mengatakan Amerika Serikat masih berpegang teguh kepada “non-militerisasi Laut Tiongkok Selatan” dan mendesak seluruh negara yang mengklaim wilayah itu untuk bertindak sesuai dengan hukum internasional.

Kedutaan besar Tiongkok di Washington belum mengeluarkan komentar terkait hal ini. Dalam pertemuan konfirmasi Senat bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson memicu kemarahan Tiongkok saat dia mengatakan Beijing sebaiknya dilarang mengakses pulau-pulau yang mereka bangun di Laut Tiongkok Selatan.

Jauh Greg Poling, pakar Laut Tiongkok Selatan dari Pusat Studi Strategi dan Internasional di Washington mengatakan dalam sebuah laporan Desember bahwa Tiongkok tampak telah menempatkan sejumlah persenjataan, termasuk sistem anti-pesawat dan anti-misil, di tujuh pulau buatan mereka di Laut Tiongkok Selatan.

Pejabat mengatakan struktur yang baru itu diperkirakan menyimpan misil darat-ke-udara yang akan memperluas pertahanan udara Tiongkok atas kepulauan itu, tanpa memberikan penjelasan lebih.

“Itu benar meningkatkan ketegangan, Tiongkok semakin baik dalam peningkatan kemampuan mereka,” kata Poling.

Pada Selasa, Filipina mengatakan negara Asia Tenggara memandang penempatan senjata Tiongkok di lokasi itu “sangat mengkhawatirkan” dan mendesak diadakannya pertemuan utnuk menghentikan “perkembangan terbaru”.

Ujian Kantor intelijen AS mengatakan struktur itu tidak memberikan ancaman militer yang signifikan terhadap pasukan AS di wilayah itu. Pembangunannya tampak lebih sebagai uji coba politik bagaimana pemerintahan Trump akan menanggapinya, kata dia.

“Tanggapan logisnya juga harus politik dan sesuatu yang tidak mengarah kepada peningkatan militer di wilayah strategis,” kata pejabat itu.

Chas Freeman, seorang pakar Tiongkok dan ,mantan asisten menteri pertahanan mengatakan dia cenderung memandang penempatan itu memiliki maksud militer untuk memperkuat klaim Tiongkok di wilayah itu dan bukan berhubungan dengan AS.

“Terdapat kecenderungan di Washington yang berpikir itu semua tentang kita, namun kita bukanlah pihak yang mengklaim di Laut Tiongkok Selatan,” kata Freeman.

Tillerson mengatakan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat pada bulan lalu bahwa pembangunan pulau dan penempatan militer Tiongkok itu sama seperti bagaimana Rusia merebut Krimea dari Ukraina.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X