Komunitas Film Indie, Opique Pictures Kreativitas Berkarya Tak Bisa Dikalahkan dengan Alat

_MG_5436

_MG_5615 (1)

_MG_8982 (1)

10402414_846262828736391_1151285752629208864_n (1)

10733976_753428301377639_9152674428159608861_n

Proses produksi film

akir
Medan | Jurnal Asia
Bermodal nekad dan ilmu pengetahuan dalam bidang perfilman, komunitas film indie asal Medan, Opique Pictures telah menghasilkan puluhan karya. Terbentuk pada 9 Januari 2008 silam dan hingga usia 7 tahun ini, komunitas ini masih tetap aktif. Pendiri Opique Pictures, M Taufik Pradana kepada Jurnal Asia menceritakan awal terbentuknya komunitas film indie tersebut.

Opique Pictures merupakan sebuah komunitas film indie asal yang didirikan oleh sekelompok anak remaja yang memiliki mental tangguh dan meyakini bahwa kreativitas itu tidak bisa dikalahkan dengan alat.“Awalnya modal nekad, walau kami tidak memiliki alat yang mendukung namun tetap bisa berkarya. Dan kami ingin buktikan kalau kami itu bisa,” katanya, Jumat (30/1).

Sejak terbentuk komunitas ini, sambungnya, sudah puluhan karya film yang dihasilkan. Diantara sekian banyak film yang sudah diproduksi, mereka menilai film yang memiliki pengalaman paling berkesan saat produksi adalah film “Marjinal” pada 2012, disutradarai M Riedho Pratama.

“Marjinal merupakan film panjang pertama kami dan telah diputar di 15 titik dengan cara pemutaran di kedai kopi, kafe, sekolah dan layar tancap. Alhasil film ini sudah sampai Bandung, Jakarta dan Malaysia. Produksi film ini memakan waktu produksi selama 1 tahun setengah.

Dari usaha panjang tersebut, kata dia, film ini mendapatkan penghargaan paling membanggakan. Di mana film ini masuk nominasi film panjang daerah Piala Maya tahun 2013. Tak hanya marjinal, film berjudul Ego yang diproduksi pada 2013 dengan sutradara Winda Mitari Utami juga cukup membanggakan. Ini dikarenakan film tersebut masuk dalam omnibus “Bohong” yang didukung oleh Kofi Sumut. “Kami bangga berada di tengah deretan orang profesional pembuat di Medan,” tuturnya.

Pada awal tahun 2015 lalu, dalam rangka hari jadi ke tujuh Opique Pictures juga melaksanakan pergantian struktur kepengurusan. Walau dalam waktu tiga tahun jumlah anggota berangsur berkurang, namun kematengan komunitas ini semakin terlihat dengan kesiapan mental mereka membesarkan wadah idealis mereka.

“Sebelum pergantian tahun 2015, kami telah menggarap dua film dokumenter yang bertajuk religi. Dua film terakhir yang diproduksi ini menceritakan sebuah kegiatan cara mudah menghafal Al-qur’an dengan cara yang fun. Dan film selanjutnya yang memaparkan bagaimana aktivitas para penghafal Al-qur’an dalam mencari syafaat diM kehidupan yang akan datang,” terang Taufik.
Rencananya, pada bulan Februari ini mereka bersama beberapa personal penggiat film akan bekerjasama memproduksi film dokumenter di kawasan Padang Lawas. Dan mereka menyebut project ini dengan nama “Orang Hutan”.

“Dengan jumlah keanggotaan yang semakin sedikit ini, kami menilai ini hal yang tepat untuk pembekalan secara internal agar siap di lepas ke masyarakat, dengan ideologi idealis maupun komersil. Karena industri kreatif audio visual merupakan sebuah aktivitas yang menjanjikan untuk kepuasan batin dan badan,” tambahnya.

Dengan visi ingin membangkitkan komunitas film indie dan bibit baru agar bergenerasi kreatif di bidang perfilman, komunitas ini berniat pada pertengahan tahun nanti akan membuka rekrutmen anggota baru. Di mana metode pendidikan berdasarkan minat dan bakat, karena prinsip komunitas ini adalah wadah belajar bukan untuk mencari kepopuleran.

Keinginan lain dari komunitas ini adalah ingin mengadakan rumah singgah dan rumah produksi sebagai wadah berkumpul dan berbagi. Serta membuat film berstandar layar lebar yang dapat dinikmati seluruh orang di dunia.

“Semoga semuanya berjalan lancar sehingga kami dapat terus menghasilkan karya-karya berkualitas. Dan kami dapat terus mengikuti kompetisi film indie yang diselenggarakan, bukan hanya tingkat provinsi tetapi juga nasional,” pungkasnya.
(netty)

Close Ads X
Close Ads X