UNICEF: Setiap Tahun 2,6 Juta Bayi Meninggal Sebelum Usia Satu Bulan

Jakarta – Bayi yang lahir di negara-negara termiskin di dunia, kebanyakan di Afrika, menghadapi risiko kematian mengkhawatirkan yang bisa 50 kali lebih tinggi dari di negara-negara terkaya.

Seperempat abad terakhir sudah ada perbaikan luas pada kesehatan anak-anak yang lebih tua. Tapi “belum ada kemajuan serupa dalam mengakhiri kematian di kalangan anak-anak berusia kurang dari satu bulan,” kata Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF.

Organisasi PBB itu merilis laporannya mengenai tingkat kematian bayi di seluruh dunia pada hari Selasa (20/2). “Mengingat bahwa sebagian besar kematian ini dapat dicegah, jelas kita telah gagal dalam kasus bayi termiskin di dunia,” kata Henrietta Fore.

Perbedaan antara negara miskin dan kaya sangat mencolok. Seorang bayi yang lahir di Pakistan – negara dengan tingkat kematian terburuk pada bayi yang baru lahir – menghadapi satu dari dua kemungkinan kematian, sementara bayi yang baru lahir di Jepang hanya memiliki risiko kematian satu dari 1.111, kata laporan UNICEF.

Dari 10 negara dengan risiko tertinggi, delapan negara berada di sub-Sahara Afrika, negara-negara di mana perempuan hamil lebih kecil kemungkinannya untuk menerima bantuan, karena kemiskinan, konflik atau institusi yang lemah, demikian menurut laporan tersebut.

Kedelapan negara itu adalah Republik Afrika Tengah (satu dari 24 kemungkinan kematian); Somalia, Lesotho, Guinea-Bissau dan Sudan Selatan (semua dengan satu di 26 kesempatan); Pantai Gading (satu di 27) dan Mali dan Chad (keduanya dengan satu dari 28 kesempatan).

Setiap tahun, sekitar 2,6 juta bayi tidak bertahan sampai satu bulan pertama mereka. Laporan UNICEF dirilis bersamaan dengan peluncuran kampanye global dengan motto Every Child Alive.

Lebih dari 80 persen kematian bayi yang baru lahir dapat dicegah, kata laporan tersebut, dengan akses ke bidan yang terlatih, beserta solusi yang terbukti berhasil seperti air bersih, desinfektan, menyusui dalam waktu satu jam pertama, kontak dari kulit ke kulit dan nutrisi yang baik. Kekurangan tenaga kesehatan yang terlatih dengan baik juga bidan merupakan masalah utama di negara-negara miskin. Sementara negara kaya seperti Norwegia memiliki 18 dokter, perawat dan bidan untuk setiap 10.000 orang, Somalia yang miskin hanya memiliki satu orang.

Setiap tahun, satu juta bayi meninggal pada saat mereka dilahirkan. “Kami tahu bahwa kami dapat menyelamatkan sebagian besar bayi-bayi ini dengan solusi perawatan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau,” kata Fore.

Karena perbaikan perawatan kesehatan bisa mahal, “sangat penting untuk menginvestasikan uang dengan cara yang cerdas,” kata Willibald Zeck, kepala program UNICEF untuk persalinan dan bayi yang baru lahir kepada kantor berita AFP.

Fasilitas peralatan mahal ini sangat penting. Willibald Zeck, yang bekerja sebagai dokter kandungan di Tanzania, mengatakan bahwa perempuan sering tidak yakin bagaimana situasi kehamilan mereka, dan dia harus menggunakan tangannya untuk memperkirakan apakah janin prematur atau berat badannya kurang.

Masalah pendidikan juga menentukan. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak memiliki pendidikan menghadapi hampir dua kali lipat resiko kematian dini daripada ibu yang memiliki setidaknya pendidikan menengah.

Negara dengan tingkat kematian bayi terendah setelah Jepang, sebagian besar adalah negara kaya dengan sistem pendidikan dan perawatan kesehatan yang baik: Islandia (satu dari 1.000 bayi meninggal), Singapura (satu dari 909), Finlandia (satu dari 833) , Estonia dan Slovenia (keduanya satu dari769), Siprus (satu dari 714) dan Belarus, Luksemburg, Norwegia dan Korea Selatan (semua dengan risiko satu dari 667), demikian laporan UNICEF.

(dc-adp)

Close Ads X
Close Ads X