Uni Eropa: Yerusalem Harus Jadi Ibu Kota Palestina Juga

Washington – Uni Eropa merespons pengakuan resmi Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Uni Eropa menyatakan bahwa Yerusalem juga harus menjadi ibu kota Palestina.

“Uni Eropa memiliki sikap yang jelas dan sama. Kami percaya satu-satunya solusi realistis atas konflik antara Israel dan Palestina adalah didasarkan pada dua negara dan dengan Yerusalem sebagai ibu kota keduanya,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini pada konferensi pers seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (8/12).

Mogherini mengatakan, dirinya dan para menteri luar negeri Uni Eropa akan membahas masalah Yerusalem ini dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Brussels, Belgia pada Senin (11/12) mendatang.

“Uni Eropa akan lebih sering terlibat dengan pihak-pihak dan dengan mitra-mitra regional dan internasional kami. Kami akan terus bekerja dengan Kuartet Timur Tengah, kemungkinan dalam format yang lebih luas,” tutur diplomat terkemuka Uni Eropa itu seraya menyebutkan Yordania, Mesir, Arab Saudi dan Norwegia.

Uni Eropa merupakan anggota Kuartet Timur Tengah bersama-sama Amerika Serikat, PBB dan Rusia.

Mogherini pun mengingatkan bahwa keputusan Presiden AS Donald Trump soal Yerusalem bisa membawa kawasan Timur Tengah kembali ke masa-masa lebih kelam.

“Pengumuman Trump soal Yerusalem memiliki dampak yang berpotensi sangat mengkhawatirkan. Ini konteks yang sangat rapuh dan pengumuman tersebut berpotensi mengirimkan kita kembali ke masa-masa lebih kelam daripada masa yang telah kita jalani,” tandasnya.

Peringatkan Trump

Seluruh menteri luar negeri dari 28 negara anggota Uni Eropa telah memperingatkan Trump melalui wakil diplomatnya, Rex Tillerson, untuk tidak memindahkan kantor kedutaan AS untuk Isrel ke Yerusalem.

Peringatan itu disampaikan dalam sebuah pertemuan langsung yang diselenggarakan selang sehari sebelum Trump mengumumkan pengakuannya terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

“Pernyataan yang disampaikan Trump berpotensi membawa kita melangkah mundur ke masa yang lebih kelam dibandingkan masa di mana kita hidup saat ini,” kata Federica Mogherini di Brussels, Kamis (7/12).

Sebelumnya, dalam pidato yang dilakukan Rabu (6/12), Trump menyampaikan akan memindahkan kantor kedutaan AS yang saat ini ada di Tel Aviv ke Yerusalem.

Penyataan Trump tersebut telah membalikkan kebijakan yang dipegang AS selama puluhan tahun sebelumnya.

Tak lama usai pengakuan itu, perselisihan pun terjadi dengan warga Palestina yang turun ke jalan, melakukan aksi mogok dan protes.

Sementara Israel mengirimkan tentaranya ke Tepi Barat setelah kelompok Hamas menyerukan kembali dilakukannya intifada atau pemberontakan.

Uni Eropa mengingatkan pihak-pihak terkait konflik Palestina dan Israel untuk menahan diri dan mencegah ketegangan terus meningkat.

“Kemungkinan terburuk yang bisa terjadi saat ini adalah meningkatnya ketegangan di sekitar tempat-tempat sakral karena apa yang terjadi di Yerusalem penting bagi seluruh kawasan itu sekaligus seluruh dunia,” kata Mogherini dikutip The Independent.

Jerusalem atau sebagian orang membacanya sebagai Yerusalem, merupakan salah satu kota tertua di dunia. Nama Yerusalem begitu akrab di hati umat Kristen, Yahudi, dan Islam seluruh dunia termasuk di Indonesia sejak berabad-abad.

(dc)

Close Ads X
Close Ads X