Krisis Pangan Makin Parah di Somalia

New York – Krisis pangan bisa bertambah parah dengan musim hujan yang buruk setelah kemarau membuat lebih dari 135.000 orang meninggalkan rumah mereka di Somalia sejak November, kata seorang juru bicara PBB pada Selasa (21/2).

Farhan Haq, Wakil Juru Bicara PBBm mengeluarkan pernyataan tersebut dalam taklimat harian di Markas Besar PBB di New York, AS, dengan mengutip data yang dikumpulkan oleh Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Dewan Pengungsi Norwegia dan organisasi lain yang berlandaskan masyarakat.

“Tindakan cepat dan mendasar serta dana yang memadai sangat diperlukan untuk menghindari kelaparan dan terulangnya peristiwa 2011, ketika sebanyak 250.000 orang meninggal, lebih separuh dari mereka anak yang berusia di bawah lima tahun,” kata Haq.

Di dalam pernyataan bersama, Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), bersama dengan Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa serta Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan, memperingatkan krisis makanan di Somalia dapat bertambah parah akibat musim hujan yang buruk pada 2017.

Musim hujan utama di Somalia, yang disebut Gu, berlangsung dari April sampai Juni. Priode itu ditandai oleh musim hujan di bagian barat-daya, yang meremajakan kembali lahan rumput, terutama di dataran tinggi di bagian tengah, dan secara singkat mengubah gurun menjadi lahan sayuran.

Menurut UNHCR, kemarau juga mendorong sebagian orang untuk meninggalkan negara Tanduk Afrika tersebut, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam. Sejak awal tahun ini, lebih dari 3.770 kedatangan baru orang Somalia telah dicatat di Melkadida di Ethiopia, dan kurang gizi akut telah dilaporkan pada sebanyak 75 persen anak pengungsi yang baru tiba.

UNHCR memperkirakan bahwa untuk membantu orang yang memerlukan, dana mendesak sebanyak 825 juta dolar AS akan diperlukan sebelum Juni, tapi setakat ini baru 100 juta dolar AS yang telah dijanjikan.

Menurut pemerintah di Puntland, lebih dari 20.000 keluarga telah pindah ke Wilayah Bari sementara 1.638 orang lagi memerlukan bantuan darurat di Kota Galkayo di bagian utara negeri itu.

Laporan tersebut mengatakan banyak orang meninggalkan rumah mereka akibat kemarau, kenaikan harga pangan, ramalan cuaca kering dan kondisi tidak aman yang berlangsung. Mereka pergi ke daerah kota.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X