Kremlin Bantah Terlibat di Pilpres AS

Moskow – Kremlin menyebut dakwaan mencampuri pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) yang dijeratkan kepada 13 warganya, tidak membuktikan apapun. Ditegaskan Kremlin bahwa tidak ada indikasi keterlibatan pemerintah Rusia dalam aksi itu.

Seperti dilansir Reuters, Senin (19/2), komentar ini menjadi reaksi pertama Kremlin atau Istana Kepresidenan Rusia terhadap dakwaan pidana mencampuri pilpres AS yang dijeratkan Biro Investigasi Federal (FBI) kepada 13 warga negara Rusia.

Dakwaan untuk 13 warga Rusia itu dirilis jaksa khusus Robert Mueller pada Jumat (16/2) waktu setempat. Mueller memimpin penyelidikan FBI terhadap dugaan kolusi antara tim kampanye Trump dengan Rusia untuk mempengaruhi hasil pilpres 2016.

Disebutkan dalam dakwaan itu bahwa organisasi Rusia bernama Internet Research Agency (IRA) melakukan konspirasi spionase dan kriminal untuk mencampuri pilpres AS yang digelar tahun 2016. Konspirasi itu bertujuan melambungkan Presiden AS Donald Trump yang saat itu menjadi capres Partai Republik dan menjatuhkan rivalnya, Hillary Clinton, capres Partai Demokrat.

Dalam tanggapannya pada Sabtu (17/12) lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut dakwaan itu absurd. Pihak Kremlin baru memberikan tanggapan resmi pada Senin (18/2) waktu setempat. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menekankan bahwa dakwaan AS itu lebih fokus pada individu-individu daripada pada negara Rusia. Ditegaskan Peskov bahwa dakwaan itu tidak memberikan bukti nyata yang menunjukkan keterlibatan Kremlin atau lembaga pemerintah Rusia.

“Mereka berbicara soal warga negara Rusia, tapi kita mendengar pengumuman dari tudingan Washington soal keterlibatan negara Rusia, Kremlin dan pemerintah Rusia. Tidak ada indikasi bahwa negara Rusia bisa terlibat dalam hal ini,” ucap Peskov. “Rusia tidak mencampuri, tidak memiliki kebiasaan mencampuri urusan dalam negeri negara-negara lain dan tidak sedang melakukannya sekarang.”

Kremlin telah berulang kali menyangkal tudingan yang menyebut Rusia berupaya mempengaruhi hasil pilpres AS untuk membantu Trump menjadi Presiden AS. Disebutkan Kremlin bahwa tudingan-tudingan semacam itu merupakan bagian dari kampanye anti-Rusia di AS.

Peskov juga menegaskan dalam tanggapannya bahwa tudingan-tudingan AS itu tidak berdasar dan tidak adil.

Seperti dilansir CNN, Sabtu (17/2), dokumen dakwaan setebal 37 halaman itu merinci soal operasi gelap Rusia dalam mencampuri sistem politik AS, termasuk pilpres 2016 yang memenangkan Trump. Operasi Rusia itu dimulai sejak tahun 2014, namun pada pertengahan tahun 2016, mulai fokus pada melambungkan nama Trump yang saat itu menjadi capres Partai Republik dan menjatuhkan rivalnya, Hillary Clinton, capres Partai Demokrat.

Dakwaan berpusat pada IRA yang terlibat dalam operasi intervensi pemilu dan proses politik AS. Di dalam IRA, terdapat 13 individu yang menjalankan operasi rahasia menargetkan AS itu. Salah satu individu, pengusaha Rusia Yevgeniy Viktorovich Prigozhin, berperan sebagai penyandang dana operasi intervensi itu.

Disebutkan dalam dakwaan bahwa para terdakwa diduga berpura-pura menjadi warga negara AS, menciptakan persona-persona warga AS dan mengelola berbagai akun juga kelompok media sosial yang dirancang untuk menarik perhatian publik AS. Dua terdakwa di antaranya bahkan mendatangi AS pada tahun 2014 untuk mengumpulkan informasi intelijen bagi operasi mereka.

Dalam operasinya, para terdakwa memposting informasi merendahkan soal sejumlah kandidat pilpres saat itu. Mereka juga membeli iklan politik dan berkomunikasi dengan sejumlah orang terkait tim kampanye Trump untuk menggerakkan aktivitas politik. Tim kampanye Trump itu disebut tidak mengetahui aksi intervensi Rusia saat itu dan tidak menyadari mereka berkomunikasi dengan warga Rusia yang menyamar sebagai warga AS. (dc/adp)

Close Ads X
Close Ads X