Siswa Kelas 1 SD Baca 127 Buku

Medan – Di tengah minimnya minat membaca di kalangan masyarakat Indonesia, siswa kelas 1 SD Negeri 112134 Rantauprapat, Labuhanbatu, Aathifah Farah Nabin Nasution hadir memberikan inspirasi. Bagaimana tidak, siswa ini terbiasa membaca 127 buku dalam waktu satu sementer.

“Ini merupakan hal yang luar biasa,” terang juru bicara USAID Prioritas Sumut Erix Hutasoit di Medan, Rabu (26/4).

Erix mengatakan, program membaca SD Negeri 112134 Rantauprapat merupakan hasil dari pelatihan Modul 3 yang dikembangkan USAID Prioritas. Dalam pelatihan tersebut, kepala sekolah dan guru dilatih mendesain program membaca berdasarkan ciri khas daerah masing-masing.

”Di SD ini program membaca dikembangkan dengan membangun kerjasama antara sekolah dan orangtua,” tambahnya.

Erix mengatakan, kerjasama antara sekolah dan orangtua itu diwujudkan melalui buku penghubung. Buku ini berisi catatan judul-judul buku yang sudah dibaca anak ketika di rumah.

Setiap hari orangtua wajib mengawasi anaknya membaca buku selama 30 menit. Setelah itu orangtua menulis judul buku yang dibaca anak lalu menekennya.

Buku yang sudah diteken orangtua wajib dibawa ke sekolah untuk diperiksa wali kelas. Wali kelaspun wajib membubuhkan tanda-tangan sebagai tanda pengesahan.

“Jadi membaca tidak cuma di sekolah, tetapi di juga di rumah,” tambahnya.

Aathifah Nasution, siswa kelas 1, mengaku sudah membaca 127 judul buku. Ia suka membaca buku cerita setiap hari. Terkadang Aathifah membaca lebih dari satu judul buku.

“Pernah membaca 6 buku dalam dua hari,” terang gadis cilik ini seraya menyebutkan buku favoritnya berjudul Barbie and Three Musketeer.

Ia membaca buku ini pada 15 September 2016. Disebutkannya buku ini bercerita tentang putri-putri cantik yang berlatih bela diri. Mereka berlatih bela diri untuk menjaga diri, karena si putri cantik itu tidak memiliki pengawal yang tangguh.

”Mereka berlatih diam-diam ketika pesta topeng,” tukasnya.

Membaca dan menulis buku penghubung bukan hanya kegiatan wajib bagi Aathifah seorang. Tapi bagi semua siswa di SDN 112134 Rantauprapat. Buku penghubung harus diberikan siswa kepada guru setiap hari.

”Lewat buku ini guru bisa mengetahui aktivitas siswa di rumah. Bisa tahu buku apa yang dibaca,” kata Aathifah.

Labuhanbatu merupakan kabupaten pertama di Sumut yang mendeklarasikan diri sebagai kabupaten literasi. Dengan dukungan USAID Prioritas, program membaca telah menjangkau seluruh sekolah di Labuhanbatu.

Atas komitmen ini, Labuhanbatu mendapat Anugerah Literasi Prioritas dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy. Penghargaan ini diterima langsung oleh Bupati Labuhanbatu Pangonal Harahap di Jakarta pada Maret lalu.

(swisma-rel)

Close Ads X
Close Ads X