Kuliah Umum Fadli Zon di UISU | Mahasiswa harus Peduli Kondisi Bangsa

Medan – Mahasiswa harus berperan menjemput keniscayaan masa depan negeri ini menjadi lebih maju. Sebab negeri ini memiliki potensi cukup besar. Karena itu mahasiswa harus peduli dengan kondisu bangsa saat ini.

Sekarang dimana peran mahasiswa untuk mengontrol pimpinan nasional yang terkesan tidak lagi peduli keadaan. Padahal cukup banyak persoalan yang melilit nasib bangsa, seperti BBM dan listrik yang mengalami kenaikan secara diam-diam, utang negara juga muncul diam-diam dan jurang antara yang miskin dengan yang kaya semakin melebar.

“Lebih parah lagi, 100 lebih janji pimpinan nasional yang tak terealisasi, salah satu dalah membangun 50 ribu puskesmas dalam waktu lima tahun,” kata Wakil Ketua DPR RI Dr Fadli Zon SS MSc, akhir pekan kemarin di kampus Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)Jalan SM Raja Medan.

Pada kuliah umum Fadli Zon di hadapan ribuan mahasiswa UISU bertema peran pemuda dan mahasiswa dalam membangun Indonesia melalui pendidikan itu disambut Rektor Prof Dr Mhd Asaad MSi dihadiri Pembantu Rektor I, Dr Liesna Indrawati MPd, Ketua Umum DPP Ikan Alumni UISU Musa Rajekshah (Ijek), Pengurus Yayasan UISU, para Pembantu Rektor, dekan dan dosen.

Fadli juga mengingatkan para mahasiswa untuk menjadi leader (pemimpin) bukan menjadi followers (pengikut). Untuk menjadi leader itu akan muncul banyak tantangan, akan muncul fitnah dan macam-macam hal yang buruk.

Fadli menyatakan rasa optimisnya bahwa UISU akan mampu melahirkan banyak tokoh bangsa dan pemikir ulung, menjadi anggota DPR dan legislatif. Untuk mendapatkan semua itu harus direbut sehingga bisa merubah keadaan negeri ini menjadi lebih baik dan menjadi negeri yang lebih maju.

Fadli juga mengingatkan para mahasiswa UISU untuk banyak membaca dan menulis. Mahasiswa katanya, harus ciptakan perdebatan dan perbedaan.

“Jika kita meneropong dengan kacamata sejarah, mahasiswa memang mempunyai romantisme sejarah yang kuat. Dan hal itu bisa menjadi sumber energi dan juga bisa menjadi beban. Pada setiap zamannya, mahasiswa mempunyai peran yang tidak bisa dianggap remeh,”ujarnya.

Sejarah telah membuktikan hal itu. Misalnya pergerakan nasional 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda, semuanya tidak terlepas dari tokoh-tokoh seperti Muhammad Yamin, Sugondo Joyopuspito, dan mahasiswa Indonesia lainnya.

Begitu pun pada pergerakan pada 1945 dan 1966, mahasiswa kembali menorehkan tinta sejarahnya yang masing-masing menghasilkan kemerdekaan Indonesia dan munculnya Orde Baru. Yang paling akhir adalah reformasi 1998 yang berhasil menjatuhkan rezim despotik Orde Baru yang telah “manggung” selama 32 tahun.

“Ke depan kita jangan salah pilih pemimpin nasional, karena dampaknya akan membuat nasib bangsa ini akan semakin terpuruk,”katanya.

(swisma)

Close Ads X
Close Ads X