Kemenristekdikti Puji Akbid Mitra Husada Medan | Kembangkan Penelitian Biskuit Daun Katuk Tingkatkan ASI

Medan – Hasil penelitian Akademi Kebidanan (Akbid) Mitra Husada Medan mendapatkan pujian dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Bagaimana tidak, oleh PT ini daun katuk dibuat biskuit menjadi panganan bergizi untuk ibu yang baru melahirkan yang bisa meningkatkan kualitas ASI, sehingga menghasilkan anak-anak yang cerdas pula.

Berkat Pengembangan Biskuit Daun Katuk untuk Meningkatkan Produksi ASI pada Ibu Nifas untuk Mengurangi Penggunaan Obat Impor, Akbid Mitra Husada Medan memenangkan proposal Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) pada 2016.

Dengan kemenangan itu Akbid Mitra Husada Medan merupakan satu-satunya perguruan tinggi dari Sumut yang memenangkan hibah pertama PPTI dari Kemenristekdikti.

Hal itu terungkap dalam Sosialiasi Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) dan Insentif Penelitian (Insinas) Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti yang diikuti sejumlah perguruan tinggi di Sumut yang digelar di kampus Akbid Mitra Husada Medan Jalan Pintu Air IV Pasar 8 Kwala Bekala Medan Johor, Rabu (29/3)

Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kemenristekdikti Dr Eng Hotmatua Daulay M.Eng B.Eng menyebutkan, hasil penemuan dan penelitian itu baik untuk peningkatan kesehatan ibu-ibu yang menyusui. Selama ini memang daun katuk biasa dimasak saja untuk sayur.

Pada sosialisasi ini, kata Hotmatua, diharapkan dari Sumut banyak yang mencoba untuk ambil insentif yang ada di Kemenristekdikti. Ini lantaran saat ini untuk kegiatan pengembangan teknologi industri ini masih banyak yang ajukan proposal dari Pulau Jawa, hampir tidak ada dari daerah lain.

“Sosialisasi ini diharapkan jadi penyemangat untuk PTS/PTN yang ada di Sumut untuk ajukan proposal yang layak dapat dijadikan kompetitif di industri,” ujarnya.

Upaya Kemenristekdikti dalam pengembangan teknologi, kata Hotmatua, dilakukan dengan memberikan insentif untuk pengembangan teknologi ke arah industri. Selain itu juga memediasikan para peneliti untuk bertemu dengan para industri guna membicarakan apa yang akan dikembangkan dan bantuan apa yang akan diberikan.

Hotmatua menjelaskan perbedaan antara Insinas dan PPTI. Disebutkannya, Insinas itu untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi dengan output hasil penelitian yang laik industri. Insentifnya dapat dilanjutkan ke hibah PPTI.

Sedangkan PPTI bertujuan untuk meningkatkan daya saing dalam negeri dan luar negeri dengan ouput layak produksi massal. Ini diutamakan kerjasama dengan kementerian dan dunia industri. Contohnya, penelitian dilakukan UNAIR yakni Gandarusa pil KB untuk pria sudah dilirik BKKBN guna diproduksi secara massal.

Dari insentif PPTI, lanjutnya, dapat dilanjutkan ke hibah inovasi untuk hak paten. Tema penelitian untuk PPTI diantaranya pengembangan teknologi pangan dan obat, bisa juga tentang pembangkit listrik dan sebagainya.

Keluaran dari riset PPTI ini adalah prototipe yang layak untuk kelas produksi massa industri. Jadi, prototipe laik industri, outputnya bukan untuk jurnal. Hotmatua menuturkan, Kemenristekdikti sudah pernah mensosialisasikan Insinas di USU dan PTS lainnya di lingkungan Kopertis Wilayah I Sumut.

“Dari bebeberapa kali sosialisasi, hanya satu institusi yang mengajukan proposal, yakni Akbid Mitra Husada,” ungkapnya.

Hotmatua mengingatkan, Insinas Gelombang 2 dibuka mulai 30 Maret hingga 12 April 2017. Jika uji klinis obat sampai uji coba fase 1 dan 2, akan didanai besar sampai miliaran rupiah yang akan dicairkan pada 2018. Sedangkan PPTI pendaftarannya Maret untuk Gelombang 2.

Dia juga mengungkapkan, dana PPTI per tahun sekira Rp50 miliar, namun proposal yang masuk juga hanya sedikit sehingga jarang perguruan tinggi yang mengambil peluang ini. Padahal, dia menilai peluang untuk menang sangat tinggi. Direktur Akbid Mitra Husada Medan Siti Nurmawan Sinaga SKM MKes menuturkan, penelitian berdaya saing program PPTI dilakukan pada 2016 itu meraih dana insentif sebesar Rp359.409.000.

“Penelitian ini merupakan salah satu daya saing bagi kami bagaimana menumbuhkan semangat dosen Akbid Mitra Husada Medan untuk membuat penelitian-penelitian yang berdaya saing ke depannya,” ucapnya.

Siti juga menyebutkan, dari kalangan mahasiswa Akbid Mitra Husada Medan melakukan beberapa penelitian pengembangan hibah bina desa dari Kemenristekdikti juga.

Menurutnya Kemenristekdikti banyak memberikan peluang kepada institusi negeri maupun swasta pada saat ini tidak ada perbedaan, asalkan mampu berdaya saing untuk memenangkan hibahnya.

Dia mengaku bersyukur biskuit daun katuk memenangkan hibah PPTI pertama, dan satu-satunya dari Sumut. “Setelah ada penelitian ini kita akan melihat hasilnya dan akan kita patenkan,” ucapnya mengenai kelanjutan penelitian biskuit tersebut.

Sekretaris Pelaksana (Sespel) Kopertis Wilayah I Sumut Dr Mahriyuni meminta dosen hendaknya mampu mengembangkan penelitian di tingkat nasional dan internasional.

Dituturkannya, Kopertis Wilayah I Sumut berkomitmen melakukan pembinaan bagi dosen dan perguruan tinggi di Sumut untuk bergiat melakukan penelitian.

“Akbid Mitra Husada telah memenangkan hibah penelitian pada tahap pertama tahun 2016. Ini masih akan ada lagi tahap kedua di tahun 2017. Jadi, kami imbau perguruan tinggi di lingkungan Kopertis Wilayah I agar mengambil kesempatan itu dengan baik,” ujarnya.

Mahriyuni juga mengungkapkan, akan ada wokshop penulisan artikel ilmiah bagi PTS kesehatan. Targetnya, agar dosen mampu menulis artikel yang layak dipublikasikan di jurnal-jurnal bereputasi. Alokasinya hanya 50 prodi. Karena itu dia berharap agar PTS manfaatkan kesempatan ini. (swisma)

Close Ads X
Close Ads X