Kemenristekdikti Belum Tentukan Jatah “CBT” Tiap PTN

Sejumlah peserta mengikuti ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan metode “computer basic test” (CBT) di Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta, Selasa (31/5). Sebanyak 721.314 calon mahasiswa baru mengikuti ujian SBMPTN 2016 yang dilakukan dengan dua metode yakni “paper based test” (PBT) dan CBT. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww/16.

Surabaya – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) belum me­ nentukan jatah peserta “computer base testing” (CBT) tiap perguruan tinggi negeri (PTN) untuk Pendaftaran penerimaan mahasiswa baru jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) 2017.

Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Warsono di Surabaya, Selasa (17/1) mengatakan, jumlah peserta ujian tulis CBT-SBMPTN secara nasional sudah ditetapkan, namun jatah untuk tiap PTN belum ditentukan.

“Untuk kuota peserta ujian komputer jumlahnya lebih besar dibanding tahun lalu. Tahun lalu hanya 2.500 peserta, sedangkan tahun ini menjadi 30.000 peserta,” ungkapnya.

Warsono mengatakan, seperti halnya tahun lalu, jalur SBMPTN menggunakan dua metode. Metode pertama berbasis kertas, dan yang kedua berbasis komputer.

“Pada SBMPTN tahun lalu, Unesa menerima kuota 60 peserta CBT. Kalau tahun ini masih belum ditentukan. Karena nanti pasti ada survei terlebih dahulu,” ucapnya.

Dia menjelaskan, secara sarana Unesa mampu me­nyelenggarakan SBMPTN CBT dengan jumlah lebih besar dibanding tahun lalu. Dia me­nga­takan pihaknya mampu menyiapkan komputer sampai 300-an.

Hanya saja, ketentuan kuota tersebut bergantung hasil survei tim panitia pusat. Tim ini, lanjut dia, berisikan orang-orang yang ahli di bidang IT.

Sementara itu, Universitas Airlangga (Unair) tahun lalu mendapat jatah 160 peserta SBMPTN CBT. Tahun ini, Unair siap menyediakan untuk 1.000 komputer untuk peserta.

Rektor Unair Prof Moh Nasih menjelaskan, tahun ini, kuota tes melalui CBT secara nasional berjumlah 30.000 peserta. Sedangkan, Unair akan menyediakan kuota tes CBT sekitar seribu peserta.

“Ke depan, CBT akan terus didorong. 30.000 itu masih tidak sampai 5 persen dari total, itu kecil sekali. Oleh karena itu kita akan mendorong, kita mendukung penuh kebijakan itu,” ujarnya.

Terpisah, Wakil Rektor I Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Syamsul Huda mengatakan, dalam proses penerimaan mahasiswa baru, UINSA menggunakan jalur yang ditetapkan Kemenristekdikti dan Kementerian Agama (Kemenag).

Alhasil, terdapat lima jalur penerimaan mahasiswa baru, yakni SNMPTN, SBMPTN, SPAN-PTKIN, UM-PTKIN, dan mandiri.

“Untuk SBMPTN CBT kita belum ada pemberitahuan dari Kemenristekdikti tentang kuota. Tapi yang jelas, di jalur UM-PTKIN milik Kemenag tahun lalu kita sudah pakai CBT. Tahun ini akan menggunakan kembali,” terangnya.

Dia mengungkapkan, SBMPTN CBT tahun lalu UINSA tidak menerima kuota dari Kemenristekdikti. Apalagi, kuota nasional tahun lalu hanya 2.500 peserta.

Meski begitu, Syamsul me­ngaku siap kalaupun Ke­men­ristekdikti menunjuk UINSA sebagai salah satu penyelenggara SBMPTN CBT.

“Kalau dari segi infrastruktur se­benarnya kita tidak ada masalah kalau ditunjuk Ke­men­ristekdikti. Karena kami punya komputer dari IDB itu sekitar 200 komputer, baru semuanya. Itu yang kemarin dipakai CBT jalur mandiri dan UM-PTKIN,” tegasnya. (ant)

Close Ads X
Close Ads X