RI Tingkatkan Ekspor Minyak Sawit ke RRT

Jakarta – Indonesia menjadi salah satu produsen minyak kelapa sa­wit (crude palm oil/CPO) di dunia. Lewat Konferensi Tingkat Tinggi Beld and Road Forum International diharapkan China meningkatkan jumlah impor CPO dari Indonesia.

Menteri Perencanaan dan Pem­­bangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjo­negoro mengatakan, saat ini negeri tirai bambu tengah memulai bio diesel 5 alias B5.

“Pada saat pertemuan bilateral dengan presiden China, presiden (China) menekankan supaya China mengimpor CPO lebih banyak. Karena, kalau tidak salah China sudah menerapkan Bio Diesel 5% kalau kita kan 20%. Dia baru start 5% tapi 5% di China itu sangat besar, kita berharap bisa salah satu eksportir yang paling tinggi,” kata Bambang kepada wartawan di Kantornya, Jakarta, Rabu (17/5).

Sejak dahulu, negara-negara produsen CPO lebih memilih negara-negara Eropa sebagai negara tujuan ekspor. Namun, munculnya persoalan kampanye hitam bisa dimanfaatkan Indo­nesia mengalihkan ekspor CPO ke China.

“Makanya sekarang mudah-mudahan dengan China sudah menerapkan 5% ini bisa menjadi pasar baru untuk kita,” tambahnya.

Bambang mengungkapkan, persoalan kampanye hitam me­ngenai CPO asal Indonesia oleh negara-negara Eropa juga dika­renakan kekhawatiran mengenai CPO yang mengancam produksi minyak nabati, serta zaitun.

“Saya melihat ini perang dagang, Eropa ingin melindungi minyak nabati, mereka punya bunga matahari, minyak zaitun misalkan, yang mungkin merasa terancam dengan keberadaan kelapa sawit, jadi alasan ling­kungan alasan ya itu memang ada, tapi istilahnya itu jastifikasi agar mereka bisa mengganggu peredaran kelapa sawit di sana,” jelasnya.

Hingga saat ini, produk CPO Indonesia telah memiliki sertifikat yaitu ISPO, namun sertifikat usulan Indonesia ini masih harus dirundingkan kembali lantaran beberapa negara Eropa juga memiliki usulan sertifikat lain.

“Ya yang saya tahu ISPO itu usulan Indonesia, tapi ada usulan ada Eropa juga yang tampaknya masih harus duduk dulu, jadi menurut saya kalau soal sawit ini yang penting negara produsen sawit itu harus kompak. Supaya voice nya itu sama. Karena motifnya perang dagang kok, kalau lingkungan segala macam itu dipakai sebagai alasan, tapi utamanya semua melindungi produksinya sendiri,” tukasnya. (dtf)

Close Ads X
Close Ads X