Hingga 2019, Jakarta Bakal Tambah 26 Hotel Baru

Jakarta – Jakarta diprediksi akan terus mendapat tambahan puluhan hotel baru dengan total ribuan kamar hingga kurun waktu dua tahun mendatang atau hingga 2019 nanti.

Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, hingga 2019 mendatang Jakarta akan menambah 26 hotel baru dari berbagai kelas bintang tiga, empat, dan lima.

Ke-26 hotel baru tersebut membawa sekitar 5.527 kamar. Dari jumlah tersebut didominasi hotel-hotel yang akan beroperasi pada tahun ini.

Sebanyak 19 hotel dengan total 4.999 kamar diprediksi Colliers bakal ada di Jakarta pada 2017 ini. Empat hotel bintang tiga menyumbang tambahan 787 kamar.

Kemudian sembilan hotel bintang empat berkontribusi terhadap pertambahan sekitar 2.609 kamar dan enam hotel bintang lima menyumbang 1.603 kamar hotel baru.

Sementara itu, pada 2018 hanya ada tambahan empat hotel baru dengan total tambahan 650 kamar saja, sedangkan pada 2019 praktis hanya ada tiga hotel dengan tambahan kamar sebanyak 641 unit.

Adapun rincian kelas hotelnya terbagi menjadi enam hotel bintang tiga dengan total 942 kamar, 11 hotel bintang empat dengan total 2.636 kamar, dan sembilan hotel bintang lima dengan membawa 1.949 unit kamar.

Kemudian dari distribusi areanya, sembilan hotel berlokasi di Jakarta Pusat dengan kapasitas total kamar sebanyak 1.945 unit. Selanjutnya di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara sebanyak tiga hotel dengan total kamar masing-masing 770 unit dan 580 unit.

Berikutnya di area Central Business District (CBD) terdapat lima hotel yang membawa 1.070 kamar baru dan dua hotel di Jakarta Barat serta Jakarta Timur dengan total kamar masing-masing 348 unit dan 499 unit. (kc)

Sementara itu bisnis perhotelan di Bali semakin sengit. Betapa tidak, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Cokorda Raka Darmawan, di seluruh Bali terdapat 150.000 kamar per Desember 2016. “Khusus di Kabupaten Badung terdapat 75.000 kamar,” ungkap Cokorda, Kamis (12/1).

Puluhan ribu kamar tersebut berasal dari 155 hotel berbintang, dan 478 hotel non-bintang. Bicara mengenai hotel non-bintang, atau ekonomi, trennya semakin mengkhawatirkan. Jika tidak dibatasi, dan diawasi, pertumbuhannya akan semakin tak terkendali.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tren negatif tersebut terlihat dari kinerja tingkat penghunian kamar (TPK) atau occupancy rate.

TPK hotel non-bintang pada November 2016 saja rata-rata 30,86 persen, dengan TPK tertinggi terjadi di Kabupaten Badung, yaitu sebesar 44,73 persen. Sementara TPK terendah terjadi di Kabupaten Bangli dengan angka 6,42 persen.

Dibandingkan dengan kinerja bulan Oktober 2016, TPK hotel non-bintang pada bulan November turun sebesar 3,22 poin.

Tidak hanya pada hotel ekonomi, penurunan TPK juga terjadi pada hotel berbintang. Pada November 2016 angka TPK turun 2,48 poin hingga berada pada posisi 59,71 persen.

Penurunan terjadi di hampir semua daerah kecuali Buleleng. Meski capaian TPK hotel Berbintang di Buleleng masih tergolong rendah (terendah kedua setelah Karangasem), namun jika dibanding bulan sebelumnya, TPK hotel berbintang di daerah ini tercatat meningkat 0,47 poin.

Sebaliknya penurunan paling tinggi tercatat di Karangasem yaitu sebesar 9,62 poin. Sejalan dengan penurunan TPK, rata-rata lama menginap (length of stay) juga menunjukkan perubahan yang negatif. Rata-rata lama menginap secara total mencapai 2,22 hari, merosot dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,16 hari.

Jika ditelaah lebih jauh, penurunan rata-rata lama menginap disebabkan oleh turunnya rata-rata lama menginap tamu asing dari 3,16 hari menjadi 2,22 hari. (kc)

Close Ads X
Close Ads X