Permintaan dari RRT Melempem, Ekspor Karet Sumut Turun 10 Persen

 

Karet alam asal Sumatera Utara.Netty

Medan | Jurnal Asia
Permintaan karet alam asal Sumatera Utara (Sumut) dari konsumen utama khususnya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) terus melempem. Hal ini berdampak terhadap volume ekspor karet di tahun 2019 turun 10 persen dari tahun 2018 atau menjadi 410,072 ton.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy  Irwansyah merinci, volume ekspor karet Sumut tahun 2018 masih bisa sebanyak 456,536 ton. Ada penurunan sebanyak 46.464 ton atau 10,18 persen di 2019.

Menurutnya, penurunan volume ekspor itu  dipengaruhi beberapa faktor seperti
melemahnya permintaan dari konsumen utama, terutama  RRT. RRT adalah negara konsumen utama  dunia dengan konsumi lebih dari 5,5 juta ton per tahun.

“Permintaan yang melemah dari RRT itu dampak pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang melemah,” katanya, Kamis (16/1/2020).

Pada 2019, ekonomi RRT melemah
menjadi 6,5 persen dari 6,6 persen di 2018. Dia mengakui, penurunan volume ekspor karet juga dampak dari belum membaiknya
harga karet dan adanya wabah jamur pestalotopsis sp.

Belum begitu bagusnya harga jual membuat ekspor belum jor-joran. Sementara serangan jamur ke tanaman karet menyebabkan produksi karet berkurang.

“Ditambah lagi, ada skema kebijakan pembatasan ekspor karet juga menjadi pendorong turunnya volume ekspor,” pungkasnya.

Selama April Hingga Juli 2019, Sumut turut menjalankan pembatasan ekspor lebih dari 10 persen. Dasar pelaksanaan pembatasan ekspor adalah Surat Keputusan Menteri Perdagangan No 779 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ke-6 untuk Komoditi Karet Alam.(nty)

Close Ads X
Close Ads X