Penggunaan BBK Berkualitas di Sumut Meningkat

Beri Keterangan. General Manager Pertamina MOR I Sumbagut, Joko Pitoyo (tengah) beri keterangan terkait konsumsi BBM di Sumut.

Medan | Jurnal Asia

PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) mengklaim penggunaan Bahan Bakar Khusus (BBK) seperti pertalite dan Pertamax terus meningkat. Ini menandakan bahwa terjadi pola konsumsi dari masyarakat yang lebih memilih bahan bakar minyak yang lebih berkualitas.

General Manager Pertamina MOR I Sumbagut, Joko Pitoyo mengatakan, Pertamina mencatat ada kenaikan sekitar 10 persen untuk pengguna bahan bakar minyak bersubsidi non penugasan atau non PSO (public service obligation) di Sumut. Di mana di triwulan II dan III 2018 sekitar 60 persen dan PSO 40 persen sementara di triwulan pertama 70 berbanding 30 persen.

Sedangkan untuk Gasoline (Solar) sepertinya tidak berubah komposisi, pada triwulan pertama sekitar 97 persen solar subsidi dan 3 persen non subsidi. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan untuk penjualan yang non subsidi, ini berarti banyak masyarakat menggunakan solar yang masih subsidi.

“Dari total penjualan Non PSO di wilayah MOR I, Sumut menguasai sekitar 50 persen. Selebihnya tersebar di empat provinsi yakni, Aceh, Sumbar, Kepri dan Riau,” katanya didampingi Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR I, Rudi Ariffianto, Selasa (16/10).

Joko merinci, untuk penjualan pertalite di Sumatera Utara sekitar 3.100-3.400 KL per hari sedangkan premium sekitar 30 persen meningkatkan menjadi 40 persen 1.200 KL perhari. Dari data tersebut, sudah lebih banyak menggunakan pertalite meskipun di triwulan kedua ada kenaikan harga pertalite.
“Ternyata yang menggunakan premium lebih banyak mobil, ini merupakan fenomena. Pengguna roda dua banyak yang mengunakan pertalite dan Pertamax,” ujarnya.

Begitu juga dengan penjualan pertamax, per hari mencapai sekitar 4.00 KL, pertamax turbo masih stagnan sekitar 30 KL per hari. Penjualan Gasoline 90 persen subsidi 2.500 KL dan Dexlite 110 KL, ini merupakan perbandingan yang jauh sekali dan Pertadex sebanyak 10 KL.

Diakui Joko, memang ada kenaikan harga untuk produk-produk BBK non subsidi yang mengikuti harga nasional. Biasanya harga minyak dunia sekitar USD60 per barel menjadi 80 per barel ditambah lagi diikuti nilai dolar USA yang meningkat membuat Pertamina terpaksa menaikkan harga Pertamax ataupun Pertamax Turbo dan produk lainnya.

“Kalau tidak dinaikkan maka beban Pertamina semakin besar. Peramina adalah perusahaan BUMN kalau sampai merugi maka ini tidak bagus,” tandasnya.
(netty|swm)

Close Ads X
Close Ads X